Hatta dilahirkan di tanah Minang dari keluarga yang religius dan terhormat. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan belajar agama bersama Syekh Mohammad Djamil Djambek, salah seorang ulama terkemuka di minang.
Setelah pindah ke Padang dan bersekolah di MULO, ia tetap mempelajari llmu agama bersama Haji Abdullah Ahmad. Pendidikan agama yang didapatkannya sejak kecil sampai di MULO ini menjadikannya sebagai sosok yang tulus dan religius.
Tidak hanya belajar ilmu agama, Hatta juga mempelajari ilmu umum sejak kecil. Ketika masih berusia lima tahun, Hatta sudah mengikuti les bahasa Belanda dan belajar di Sekolah Melayu Paripat.
Setelah menyelesaikan sekolahnya di Padang, Hatta kemudian merantau ke Betawi. Di Jawa ia diterima dengan baik oleh anak sahabat kakeknya yang bernama Mak Etek Ayub. Mak Etek Ayub ini merupakan salah satu orang yang paling berperan dalam kehidupan Hatta.
Melalui Mak Etek Ayub inilah Hatta mulai memiliki ketertarikan terhadap buku. Mak Etek Ayub yang pertama kali mengenalkan Hatta pada buku dan menjadikannya sebagai orang yang sangat mencintai buku sepanjang hidupnya.
Mak Etek Ayub juga yang membiayai kehidupan Hatta selama di Betawi, bahkan ketika Hatta dihindari banyak orang setelah ditahan Belanda, ia tetap memberikan dukungan dan selalu berusaha memberikan solusi atas masalah yang menjadi beban pikiran Hatta.
Latar belakang keluarga yang religius dan pendidikan agama sejak kecil membuat Hatta menjadi sosok yang sholeh dan taat pada aturan agama. Sedangkan ketertarikannya pada buku menjadikan Hatta sebagai pribadi yang modern dan mencintai ilmu pengetahuan.