Agus Salim (2013) merupakan buku biografi yang menguak idealisme Agus Salim dengan nuraninya yang tidak terkekang oleh harta dan jabatan. Agus Salim memilih hidup miskin di dunia pergerakan dibandingkan makmur bekerja pada Belanda. Dunia inilah yang mengasah bakat Agus Salim hingga jadi diplomat ulung dengan gayanya yang unik.
Siapa penulis buku ini?
Purwanto Setiadi, lebih dikenal sebagai Jurnalis Tempo, adalah salah seorang penulis dari buku ini sekaligus penanggung jawab dari tim liputan khusus Agus Salim dalam majalah Tempo. Saat ini Purwanto menjabat sebagai Editor di Tempo.
Untuk siapa buku ini?
Kisah KH Agus Salim sebagai tokoh gerakan dan diplomat kemerdekaan
Sejak Agus Salim memutuskan berhenti bekerja pada pemerintah Belanda, ia memilih sibuk dengan dunia pergerakan bersama Sarekat Islam (SI).
Sosok HOS Tjokroaminoto, Ketua SI waktu itu, mampu memberikan pengaruh besar pada pembentukan karakter pergerakannya. Keteguhan hati dan wawasan yang luas menjadikan Agus Salim sebagai tokoh berpengaruh di SI setelah Tjokro.
Sebagai lulusan terbaik di HBS (Hogere Burger School) dan staf Konsulat Belanda di Jeddah, Agus Salim terbiasa untuk berhubungan dengan tokoh-tokoh Timur Tengah di masa pasca proklamasi Indonesia. Berkat kegigihannya, beberapa negara mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto dan de yure ditengah upaya Belanda memecah belah kekuasaan Indonesia.
Dalam pimtar ini, Anda dapat mempelajari garis besar perjalanan hidup Agus Salim, termasuk keunikan sikapnya sebagai redaksi surat kabar dan diplomat negara.
Hal-hal menarik yang akan Anda pelajari antara lain: