Startup identik dengan proses uji coba yang kadang berujung dengan kegagalan-kegagalan. Hal ini lazim terjadi dalam sebuah startup. Dalam metode “lean startup”, kegagalan ini digunakan sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi untuk melihat sejauh mana kemajuan startup. Inilah yang dikenal dengan istilah “pembelajaran tervalidasi”.
Pembelajaran tervalidasi dirancang secara terencana, sistematis dan berdasarkan data empiris yang bertujuan untuk mengetahui prospek sebuah startup di masa sekarang dan juga masa depan. Melalui pendekatan ini, seorang enterpreneur dapat mengetahui hal mana yang merupakan pemborosan—yang harus segera disingkirkan—dan yang mana yang memberikan nilai tambah—yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.
Melalui pembelajaran tervalidasi, seorang enterpreneur juga dapat mengetahui apa saja yang diminati dan diinginkan oleh calon konsumen. Hal ini memungkinkan startup untuk senantiasa memperbaiki dan memperbarui produknya agar sesuai dengan kebutuhan pasar.
Metode “lean startup” juga mengharuskan startup untuk melakukan eksperimen.
Dengan melakukan serangkaian eksperimen yang sistematis, evaluatif dan berdasarkan metode ilmiah, sebuah startup dapat mengetahui strategi mana yang bekerja, dan strategi mana yang tidak sehingga startup tidak menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang tidak mendekatkan startup kepada visi awalnya.
Eksperimen ini memungkinkan startup untuk berinteraksi secara langsung dengan konsumen dan mendapatkan informasi penting tentang produk atau jasa yang akan diluncurkan. Eksperimen ini juga akan memberikan jawaban konkrit dan tepat terhadap asumsi dan hipotesis awal dalam membangun sebuah startup.
Dalam metode “lean startup”, eksperimen ini tidak hanya sebuah proses namun juga merupakan sebuah produk perdana. Jadi, bukan sekadar eksperimen di dalam “laboratotium” Anda, tetapi juga di pasar yang sebenarnya. Umpan balik yang didapatkan selama eksperimen akan menghasilkan produk-produk jadi berikutnya yang mampu menyelesaikan permasalahan konsumen.
“Eksperimen akan memberi perusahaan peluang untuk mengamati, berinteraksi dengan dan memetik pelajaran dari konsumen dan mitra kerja di lapangan. Pembelajaran kualitatif ini merupakan pelengkap penting bagi uji kuantitatif “
Eric Ries