Salah satu alasan utama mengapa banyak startup mengalami kegagalan adalah karena tidak memiliki sistem manajemen yang rapi. Startup memang identik dengan inovasi, kreatifitas dan fleksibilitas. Namun di tengah kondisi yang tidak pasti dan sulit diprediksi, startup harus mampu beradaptasi dengan menerapkan manajemen yang rapi dan juga teruji.
Seperti layaknya sebuah institusi, startup harus memiliki visi yang merupakan tolak ukur dari setiap aktivitas yang dijalankan. Visi yang layak dimiliki sebuah startup adalah membangun bisnis yang mampu mengubah dunia.
Strategi yang digunakan dan produk yang diciptakan harus sesuai dengan visi ini. Startup berada di jalur yang benar ketika pencapaian-pencapaian yang diraih masih sejalan dengan visi yang ada.
Secara substansial, startup merupakan sebuah institusi yang bertujuan untuk menciptakan produk atau jasa yang inovatif di tengah ketidakpastian. Jadi, sebuah startup yang sukses adalah startup yang bisa memaksimalkan potensi manusia yang bergerak didalamnya untuk menciptakan produk yang memiliki nilai tambah.
Artinya, startup tidak bisa dipisahkan dari kegiatan-kegiatan institusi yang penuh dengan birokrasi.
Metode “Lean startup” atau “sistem produksi ramping” menawarkan sebuah manajemen gaya baru yang memungkinkan sebuah startup mampu beradaptasi dengan segala ketidakpastian yang ada tanpa mengeluarkan biaya yang besar, tanpa risiko maksimal dan tanpa waktu yang banyak. Metode “Lean startup” akan membantu para enterpreneur untuk mengambil keputusan dalam setiap tahapan melalui pendekatan ilmiah.