Di tahap awal, seorang enterpreneur perlu memastikan dua hipotesis paling penting untuk keberlangsungan sebuah startup yang disebut dengan lompatan nekat. Lompatan nekat ini diwakili oleh dua hipotesis utama, yaitu hipotesis nilai tambah dan hipotesis pertumbuhan.
Hipotesis nilai tambah mengacu kepada penerimaan produk oleh target pasar, sedangkan hipotesis pertumbuhan mengacu kepada tingkat penyebaran produk.
Hipotesis ini harus segera diuji sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.
Cara paling efektif untuk menguji hipotesis ini adalah dengan berinteraksi langsung dengan target pasar sehingga data-data yang diperoleh dapat dipercaya. Dengan berinteraksi langsung dengan calon konsumen, seorang enterpreneur juga akan memperoleh informasi mengenai profil konsumen dan masalah yang mereka hadapi.
Ketika hipotesis ini sudah terkonfirmasi, langkah selanjutnya adalah membuat Minimum Viable Product (MVP). MVP merupakan cara tercepat untuk menempuh seluruh keseluruhan siklus dengan usaha yang paling sedikit. MVP ini dapat berupa barang uji, purwarupa perdana atau juga berupa video.
Tujuan MVP ini adalah untuk memvalidasi hipotesis yang ada dalam lompatan nekat yang Anda lakukan. MVP memungkinkan enterpreneur untuk mengetahui sikap calon konsumen terhadap sebuah produk sehingga produk dapat ditingkatkan kualitasnya secara berkala.
MVP tidak harus sempurna dan bermutu tinggi. Sikap konsumen yang negatif terhadap kualitas MVP akan menjadi masukan untuk penyempurnaan produk berikutnya. Bahkan, tidak jarang pula konsumen malah menyukai fitur tertentu dari MVP yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Namun, ada beberapa risiko yang ditakutkan oleh para enterpreneur dalam membuat MPV,antara lain:
“Satu-satunya cara meraih kemenangan adalah dengan belajar lebih cepat daripada yang lain”
Eric Ries