Untuk mengukur sejauh mana sebuah startup sudah berkembang, perlu dilakukan sebuah pengukuran ilmiah yang bernama “akuntansi inovasi”. Melalui pengukuran ini akan terlihat jelas apakah startup memang bertumbuh apa tidak.
Akuntansi inovasi ini terdiri dari tiga jenjang pembelajaran, yaitu menghimpun data untuk mengetahui kondisi perusahaan melalui minimum viable product (MVP), mengutak-atik mesin pertumbuhan menuju kondisi yang diharapkan dan memutuskan untuk banting stir atau bertahan.
MVP berperan untuk mencari titik tolak pertumbuhan startup. Titik tolak pertumbuhan ini bersumber dari asumsi-asumsi yang sudah terkonfirmasi langsung dari para konsumen. Titik tolak pertumbuhan ini dapat berupa tingkat konversi pengguna, tingkat pertambahan konsumen atau nilai siklus hidup konsumen.
Setelah titik tolaknya ditemukan, langkah berikutnya adalah menemukan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan tersebut. Sebagai contoh, jika tingkat aktivasi konsumen merupakan pendorong pertumbuhan, maka desain produk yang mudah digunakan adalah salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan.
Data-data yang didapat dari sini akan menjadi pertimbangan apakah sebuah startup akan banting setor atau bertahan.
Dalam metode Lean Startup, banting setir harus dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi pemborosan waktu, uang dan tenaga. Ketika setiap asumsi dan hipotesis sudah dijuji dan terkonfirmasi melalui MVP dan akuntansi inovasi, seorang enterpreneur harus segera mengambil keputusan besar dengan berpatokan kepada data-data yang diperoleh dari proses pengujian tersebut.
Banting setir bukan akhir dari sebuah startup, tapi merupakan proses untuk kembali ke awal lagi dengan hipotesis yang baru. Hipotesis baru ini kemudian melahirkan strategi baru yang lebih solid.