Dalam sudut pandang lintas budaya, terdapat dua model kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan egaliter di mana semua orang dianggap sama. Negara penganut model kepemimpinan ini di antaranya Denmark, Swedia dan Belanda.
Kedua, kepemimpinan hierarkis di mana bawahan benar-benar harus tunduk kepada atasan. Model ini dianut oleh negara seperti Jepang, Korea dan Nigeria.
Dalam kepemimpinan hierarkis, komunikasi mengikuti lapis tingkatan dalam organisasi. Sedangkan dalam kepemimpinan egaliter, hal tersebut tidak berlaku.
Untuk beradaptasi di lingkungan kepemimpinan hierarkis, upayakan untuk berkomunikasidengan orang yang selevel dengan Anda. Minta izin terlebih dulu apabila Anda ingin melakukan komunikasi ke level yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Jika Anda mengirim email ke level yang lebih rendah, kirim pula salinan ke atasannya.
Sedangkan alur komunikasi dalam kepemimpinan egaliter lebih sederhana karena Anda tidak perlu meminta izin untuk menghubungi orang-orang yang berada di level berbeda dengan Anda.
Dalam hal berkirim email di lingkungan egaliter, pikir dua kali sebelum Anda mengirim salinan kepada atasan orang yang Anda kontak karena hal tersebut justru mengisyaratkan bahwa Anda tidak mempercayai mereka atau mencoba membuat mereka terlibat masalah.
Jika Anda tidak yakin mengenai kepemimpinan apa yang dirasa nyaman oleh rekan-rekan Anda, maka lebih aman mengikuti kepemimpinan hierarkis.