Pengambilan keputusan di negara dengan model kepemimpinan hierarkis umumnya dilakukan oleh seorang petinggi saja. Sebaliknya, negara penganut sistem egaliter menjunjung tinggi mufakat.
Meskipun begitu, beberapa negara tidak menganut pola umum tersebut. Misalnya, Amerika Serikat cenderung egaliter namun pengambilan keputusan biasa dilakukan oleh seorang pemimpin. Sebaliknya, Jerman dan Jepang yang cenderung hierarkis justru menerapkan sistem mufakat.
Bagi negara penganut mekanisme mufakat, keputusan adalah hal yang dianggap amat penting. Sebaliknya, negara dengan pengambilan keputusan dari seorang petinggi menganggap bahwa hasil keputusan selayaknya lebih fleksibel.
Berikut beberapa tips jika Anda bekerja dengan tim yang condong kepada mufakat.
Pertama, jalin komunikasi informal dengan anggota tim untuk mengetahui di mana atau siapa saja yang memiliki banyak peran dalam proses perumusan keputusan. Tanpa melakukan hal ini, perumusan poin-poin keputusan bisa saja dibuat tanpa banyak melibatkan pemikiran Anda.
Kedua, persiapkan diri karena pengambilan keputusan mungkin terdiri atas berbagai rapat dan memakan waktu lebih lama.
Ketiga, jangan mendesak tim untuk membuat keputusan lebih cepat. Sedangkan apabila Anda bekerja dengan tim yang lebih mengutamakan pengambilan keputusan oleh pemimpin, berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan.
Pertama, jika pendapat dalam tim mulai terpecah, Anda dapat menyarankan pemungutan suara.
Kedua, bersiaplah menjalankan keputusan sekalipun masukan Anda ditolak, dan luweslah selama proses karena keputusan cenderung dapat ditinjau kembali.
Ketiga, jika Anda sebagai pemimpin, kumpulkan sudut pandang yang berbeda tapi berusahalah memutuskan dengan cepat atau alih-alih Anda dianggap tidak tegas.
Jika Anda bekerja dengan tim multikultural, maka buatlah kesepakatan bersama di awal proses tentang mekanisme pengambilan keputusan seperti apa yang dirasa nyaman bagi seluruh anggota tim.