Kepercayaan dapat dikatakan sebagai salah satu elemen terpenting dalam berbisnis. Terdapat dua jenis kepercayaan, yakni kognitif dan afektif.
Kepercayaan kognitif dilandasi oleh sikap profesional seseorang dalam bekerja. Kepercayaan ini berasal dari pemikiran logis dan dibangun berdasarkan pemberian tugas. Sedangkan kepercayaan afektif berasal dari kedekatan emosional dan dibangun melalui penguatan hubungan.
Penggunaan waktu dapat menjadi salah satu indikator dalam membangun kepercayaan. Misalnya tentang alokasi waktu makan siang atau malam.
Bagi orang berbasis pemberian tugas, waktu makan sedapat mungkin singkat. Berbeda dengan orang-orang berbasis penguatan hubungan. Waktu makan justru menjadi momen berharga untuk membangun kedekatan emosional, sehingga memerlukan waktu lebih lama dan perlu dilakukan dengan rileks.
Cara seseorang memanfaatkan waktu pun memberi persepsi yang berbeda mengenai kecakapan yang baik. Bagi orang dengan budaya waktu linear seperti Jerman, Swiss, dan Jepang, waktu dinilai sangat berharga. Oleh karena itu, terlambat hadir beberapa menit saja sudah dianggap tidak sopan.
Selain itu, keterlambatan menyelesaikan presentasi atau menyudahi rapat dapat memunculkan kesan tidak profesional.
Bagi orang dengan budaya waktu yang lebih fleksibel seperti Arab Saudi, Nigeria, dan Kenya, terlambat hadir hingga melebihi 15 menit terkadang masih dianggap lumrah.
Contoh lain dalam hal presentasi. Mereka cenderung tidak masalah apabila presentasi Anda melebihi alokasi waktu yang disediakan, terutama jika topik yang dibawakan menarik minat para pendengar.
“Fleksibilitas adalah kunci menuju sukses.”
Anonim, kerap digunakan oleh orang dari beberapa budaya Asia dan Afrika