Pada aktivitas sehari-hari Anda tentu pernah merasakan kesulitan mengingat lima item dalam daftar belanja yang Anda buat sepuluh menit yang lalu. Namun menariknya, Anda tidak mengalami kesulitan sama sekali mengingat detail rumit dari plot film yang Anda lihat minggu lalu.
Ini karena kita memerlukan informasi untuk membentuk cerita yang bermakna, sebelum masuk akal bagi kita. Sebaliknya, kita menolak detail abstrak. Fenomena ini sangat tercermin di media, dimana fakta-fakta yang relevan mengambil “posisi” di belakang untuk menjadi narasi yang menghibur.
Seperti misalnya jika sebuah mobil melewati jembatan yang tiba-tiba runtuh, kita mungkin akan mendengar lebih banyak cerita tentang pengemudi yang tidak beruntung, daripada tentang detail dari konstruksi jembatan yang rusak. Fakta menarik tentang orang tersebut menarik lebih banyak pembaca daripada informasi abstrak tentang bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah.
Faktanya orang cenderung menyukai cerita yang eksotis dan menarik, atau deskripsi yang memikat. Sehingga kita sering mengabaikan penjelasan yang lebih memungkinkan untuk sebuah peristiwa. Kesalahan berpikir ini akan berakibat fatal bila terjadi di bidang medis. Kecenderungan berpikir ini disebut dengan the story bias.
“Cerita cenderung sering memberikan pemahaman yang keliru dengan menghilangkan atau mengabaikan bagian yang sebenarnya penting, apalagi jika suatu hal tidak fit dengan narasi yang bagus dan memikat. Fenomena yang sering terjadi di media.”
Rolf Dobelli