Sosok Sukarno sudah begitu melekat dalam hati rakyat Indonesia, hingga gambar besarnya diusung sebagai atribut pada saat kampanye PDI pada tahun 1999. Ia secara tak langsung berhasil mengantarkan anak perempuannya, Megawati menjadi wakil presiden, sekaligus meluaskan jalan bagi pemulihan nama Sukarno sendiri
Melalui orasi-orasi yang berani dan bergemuruh, Sukarno mampu menyentil rasa nasionalisme rakyat. Dengan cara itu, Sukarno telah berjasa besar menyatukan bangsa dalam kesadaran bersama meraih kemerdekaan.
Orasi Sukarno hingga saat ini masih sering dikutip dalam berbagai kesempatan. Ilustrasi wajahnya bahkan masih bisa dijumpai di lapak-lapak penjual poster atau kaos.
Pengaruh Sukarno tak hanya berhenti di situ. Namanya dikenang sebagai salah satu juru bicara yang paling lantang pada Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Ajakannya melawan imperialisme dan kolonialisme Barat menggunjang dari lembah Sungai Nil hingga Semenanjung Balkan, dari Aljazair sampai India.
Konferensi tersebut menyatukan aneka ras, warna kulit dan kepentingan di luar perang dingin blok Barat dan komunis. Peran Sukarno tidak saja pada bidang politik tetapi juga olahraga.
Kebijakan Indonesia yang tak mengundang Israel dan Taiwan merupakan bukti solidaritas terhadap Tiongkok dan Negara-negara Arab pada Asian Games 1962, membuat keanggotaan Indonesia di Olimpiade musim panas 1964 ditangguhkan.
Untuk menandinginya, Sukarno menggagas Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO). Hal ini merupakan bukti yang ingin ditunjukkan Sukarno bahwa politik dan olahraga tak dapat dipisahkan.
Meski dikenang dan dicintai banyak golongan, Sukarno mungkin adalah contoh klasik seorang pemimpin yang dirusak oleh kekuasaan dan dikhianati oleh kebanggaan dirinya yang terlalu besar.
Hatta bahkan pernah menyampaikan kritik terhadap sifat Sukarno, “Tujuan Sukarno selalu baik, tapi langkah-langkah yang diambilnya sering menjauhkannya dari tujuan itu.”
“Sejarahlah yang akan membersihkan namaku”
Sukarno