Ada tiga ranah yang sebenarnya dapat dimanfaatkan guru untuk menjadi semakin kreatif, yakni pada saat guru menjelaskan, pada saat guru menggunakan alat bantu dan peraga, serta pada saat guru mengelola kelas.
Tiga area tersebut tidak terpisah-pisah, terjadi dengan sendirinya (mengalir) dalam setiap tatap muka dengan siswa. Semakin guru kreatif ketika menjelaskan sesuatu, semakin ia terpacu kreativitasnya menggunakan (bahkan membuat sendiri) alat bantu dan peraga pembelajaran.
Disitulah seorang guru akan semakin kreatif dalam pengelolaan kelasnya, tidak saja secara klasikal melainkan akan membagi siswa ke dalam kelompok kerja atau mungkin memberi penugasan individual di luar kelas dan sebagainya.
Inti dari guru kreatif adalah merasa nyaman bersama siswa dalam setiap pembelajaran. Sekurangnya ada delapan strategi yang bebas dipilih agar guru merasa semakin nyaman bersama siswanya.
Pertama, meniru Mac Giver, bintang film yang selalu mengajarkan bagaimana kita harus berpikir sesederhana mungkin, menggunakan alat seadanya tetapi fokus pada solusi dan bukan pada masalahnya.
Kedua, menjadi kolektor ide. Kreativitas dapat terpicu dan terpacu bila seseorang mau menjadi kolektor ide-ide orang lain lalu menirukannya. Merasa nyaman dengan cara menirukan ide-ide baik orang lain, pasti memacu kreativitas selanjutnya.
Ketiga, memulai dari titik nol. Guru dapat berkembang kreativitasnya ketika rela memulai dari titik nol, mengamati secara cermat dari awal satu contoh kreativitas, lalu menirukannya secara berulang-ulang sampai merasa nyaman dengan cara itu.
Keempat, memaknai happy accident, yakni mengobservasi suatu kejadian/ peristiwa membahagiakan, lalu dimaknai sebagai sebuah kreativitas.
Kelima, memanfaatkan keberagaman. Semakin seorang guru pintar memanfaatkan keberagaman yang terjadi dimana saja, semakin banyak ide terkumpul untuk mendorongnya menjadi guru kreatif. Keenam, melakukan wisata kreatif, yakni sering melakukan pengamatan mendalam tentang suatu obyek di sekitar kelas.
Strategi ketujuh, menganalogikan peristiwa. Kalau dalam strategi keempat guru harus pandai-pandai memaknai peristiwa gembira, dalam strategi ketujuh ini guru membuat sejumlah analogi atau bahkan melakukan metafora atas peristiwa-peristiwa lama.
Terakhir, kedelapan adalah stimulasi acak, yakni secara acak guru bersama siswa melakukan apa saja yang di luar kebiasaan.