Sebagai komunitas belajar, Parmedi juga menerapkan lima disiplin sebagaimana paparan Peter Senge: Mental Models, Personal Mastery, Shared Vision, Team Learning, dan System Thingking.
Disiplin Mental Models merupakan kemampuan untuk menggambarkan dan merespons realitas berdasarkan prinsip dan nilai bersama.
Semua menghayati bahwa menjadi guru adalah pelayanan dan pengabdian. Bukan karena gajinya, melainkan karena tanggung jawab yang diemban adalah besar, yaitu mempersiapkan generasi masa depan.
Mental Models menjadi pendorong disiplin Personal Mastery yaitu kemampuan untuk memperdalam dan memperluas kapasitas diri secara mandiri. Karena setiap guru pasti memiliki kekuatan personal yang menjadi kompetensi utamanya.
Sekolah Pamerdi memberikan banyak kesempatan bagi gurunya untuk terus update dan ugrade keterampilan baru melalui workshop dan seminar.
Disiplin Shared Vision menggambarkan kemampuan organisasi mengajak, merangkul, serta mengikat setiap individu untuk menghidupi visi bersama. Menjadi mitra Tuhan dalam mewujudkan pendidikan yang mentransformasikan setiap insan menjadi manusia yang utuh, unik dan berkarakter.
Itulah visi yang mengikat seluruh murid, guru, karyawan, yayasan serta orang tua. Visi itu pula yang memandu Sekolah Pamerdi dalam merancang serta mengembangkan program kegiatan sehingga semua berjalan dengan arah dan tujuan yang jelas.
Disiplin Team Learning merupakan kemampuan berkolaborasi dan bersinergi melalui proses belajar bersama. Guru Pamerdi yang mengikuti workshop wajib menuliskan resume serta menggelar workshop internal untuk membagikan pengetahuan barunya pada guru-guru yang lain.
Ada juga Grow Me, yaitu saling berbagi cerita buku. Guru yang dipersiapkan pensiun, didorong untuk membagikan pengalamannya serta menjadi mentor bagi guru-guru muda sehingga mereka memasuki masa pensiun dengan rasa bangga. Begitulah Pamerdi sebagai komunitas belajar.
Disiplin Team Thinking memampukan individu untuk melihat dinamika organisasi dalam sudut pandang organisasi. Tantangan dan hambatan yang dihadapi sekolah Pamerdi bisa diatasi ketika semua berpikir satu kerangka.
Contohnya ketika perpustakaan dan lapangan olahraga tidak ada, munculah ide mengembangkan Grow Me yaitu berjalan menyusuri sawah dilanjutkan dengan diskusi buku selama 90 menit.
Ketika laboratorium tidak ada, munculah ide mengadakan proyek di alun-alun, museum, galeri seni dan taman kota.
Itulah Pamerdi dengan lima disiplinnya yang membuat sekolah pinggiran selalu berani mengalahkan keterbatasan ditengah gempuran pergeseran zaman yang dihela oleh internet, smartphone dan media sosial.