Seperti prinsip bisnis, untuk membuat cerita, Anda harus tahu siapa target pembacanya, siapa pangsa pasarnya.
Pemetaan pembaca dari hasil karya Anda penting agar tulisan atau kata-kata yang Anda rangkai dibaca serta didengar oleh target pembaca. Di sini, kuncinya adalah relevansi.
Sama seperti cerita animasi Jepang Nobita dan Doraemon, atau cerita Upin dan Ipin dari Malaysia, yang lebih diterima di Indonesia karena relevan dengan budaya di sini. Semakin relevan, semakin besar peluang Anda mendapatkan atensi pasar.
Calon pembaca Anda para penggemar olahraga sepak bola misalnya, maka konten yang mereka cari tentu seputar pertandingan bola. Konsumen mencari informasi yang relevan dengan apa yang mereka sukai. Mereka akan mencari tulisan sesuai kebutuhannya. Tugas Anda adalah memberikan apa yang mereka sukai dengan bahasa yang paling ringan.
Lihatlah Airbnb yang kerap memposting foto-foto destinasi wisata dari seluruh penjuru dunia. Mereka memposting kota-kota wisata yang relevan dengan para traveler. Tujuannya jelas, mengajak orang untuk traveling, tetapi ujung-ujungnya mereka mengajak untuk menggunakan jasa Airbnb sebagai sarana akomodasinya.
Ada salah satu akun populer di Instagram yang membahas soal perempuan dengan nama rahasiagadis. Siapa follower akun tersebut? Kebanyakan justru laki-laki remaja. Bagi mereka, mengetahui rahasia gadis merupakan pengetahuan penting yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Demikian juga dengan musik, lagu Kebyar-kebyar karya Gombloh atau Bendera dari Cokelat band, adalah lagu yang kerap diperdengarkan pada bulan Agustus, bulan kemerdekaan Indonesia. Lagu-lagu tersebut dari tahun ke tahun terus diputar bak lagu wajib. Kenapa hal itu terjadi? Karena liriknya relevan dengan keadaan/atmosfer saat itu.
Jadi, tentukan siapa target pembaca tulisan Anda terlebih dahulu. Klasifikasinya bisa dari usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, hobi, ideologi, pandangan politik, hingga perilaku dan karakternya.
Dari situlah, Anda bisa membuat atmosfer agar relevan dengan pasar Anda dan agar menjadi sebuah cerita yang “dapat dilihat” dan dibaca para target konsumen. Buktinya, cara tersebut berhasil mengangkat penjualan Kit Kat sampai 8%. Yakni, mereka membangun atmosfir bahwa ketika ada coffee break, harus ada Kit Kat di sana.