Tidak serta merta sebuah keputusan bisa diambil dengan mudah.
Kisah Khalifah Al-Walid bin ‘Abdul Malik berikut ini akan mengajarkan tentang bagaimana mengambil keputusan dengan berbagai macam pertimbangan secara matang.
Al-Walid bin ‘Abdul Malik adalah penguasa ketujuh Dinasti Umayah, dengan pusat pemerintahannya di Damaskus, Suriah. Dia sangat terkenal dengan sifatnya yang pemurah. Dia juga mendirikan banyak sekolah, rumah sakit, dan lain-lain.
Pada suatu hari, Al-Walid bin ‘Abdul Malik berkesempatan untuk mengunjungi Kota Nabi, Madinah Al-Munawwaroh. Jarak antara Damaskus dan Madinah ditempuh selama sekitar 40 hari.
Ketika Al-Walid bin ‘Abdul Malik tiba di Kota Nabi, dia bergegas mengunjungi makam Rasulullah Saw. Setelah itu dia mengitari Masjid Nabawi untuk mengetahui kondisi masjid yang dibangun oleh Rasulullah Saw.
Saat berada di sudut masjid, dia melihat kerumunan orang yang sedang duduk mengitari seseorang yang sedang mengajarkan sesuatu. Dia adalah Sa’id bin Al-Musayyab seorang pakar hadis dan pakar hukum Islam yang terkenal.
Tidak lama kemudian, dia menyuruh seorang utusan untuk mengundang Sa’id bin Al-Musayyab datang ke istana. Kemudian utusan tersebut mendatangi Sa’id bin Al-Musayyab seraya berucap, “Amir Al-Mukminin memerintahkan agar engkau menghadap kepadanya.”
Namun Sa’id bin Al-Musayyab menjawab, “Mungkin bukan saya orang yang dia maksudkan,” jawabnya dengan sengit.
Utusan tadi mendatangi Sang Penguasa dan melaporkannya. Maka meledaklah amarah Al-Walid bin ‘Abdul Malik. Karena merasa dilecehkan, dia memerintahkan agar ulama tersebut dijatuhi hukuman.
Mendengar perintah itu, para penasehatnya memberi masukan kepada Al-Walid bin ‘Abdul Malik. Mereka tahu jika Sa’id bin Al-Musayyab dulu juga tidak pernah mau memenuhi undangan ayah Al-Walid bin ‘Abdul Malik, namun ayahnya tidak mau pusing dengan sikapnya itu.
Mereka terus menasehati, hingga akhirnya Al-Walid bin ‘Abdul Malik tidak jadi menjatuhkan hukuman terhadap ulama yang pemberani itu.