Sebagai seorang pejabat tentu Anda akan mendapatkan pro dan kontra dari rakyat. Kritik bahkan kata-kata tidak pantas akan selalu ada.
Untuk itu perlu kesadaran bahwa rakyat adalah amanah dari Allah Swt, sehingga Anda bisa lebih bijaksana seperti Al-Mu’tadhid Billah.
Al-Mu’tadhid Billah adalah putra Al-Muwaffaq Al-Nashir li Dinillah, panglima pasukan Dinasti ‘Abbasiyyah pada masa pemerintahan Al-Mu’tamid, dan penguasa ke-15 dinasti tersebut yang sangat berjasa dalam memulihkan stabilitas di seluruh wilayah dinasti.
Nama Al-Mu’tadhid Billah semakin bersinar tatkala berhasil merebut Mesir ke pangkuan dinasti yang dia pimpin. Al-Mu’tadhid Billah berkuasa antara 279-289 H/892-902 M.
Pada masa kepemimpinannya, dia pernah benar-benar marah disebabkan adanya laporan perihal perbincangan di kedai seorang penjual gandum seputar rahasia dan kebijakan pemerintahannya.
Kemudian Al-Mu’tadhid Billah memanggil penasehatnya yang juga seorang menteri utama, ‘Ubaidullah bin Sulaiman, untuk dimintai masukannya perihal laporan yang dia terima itu.
Sang penasehat pun menyarankan agar semua orang yang berada di kedai penjual gandum tersebut ditangkap dan dijatuhi hukuman.
Namun Al-Mu’tadhid Billah berkata, “Demi Allah, saya tidak akan menangkap mereka. Apalagi menjatuhkan hukuman terhadap mereka.”
“Andai kemudian kuperintahkan seperti halnya yang engkau sarankan, tentulah itu bukanlah sesuatu yang baik dalam menyikapi keawaman masyarakat. Namun aku menyadari bahwa rakyat adalah amanah Allah Swt,” kata Al-Mu’tadhid Billah.
Menteri tersebut lalu diperintahkan untuk melakukan penyelidikan.
Alih-alih mendapat hukuman, jika ditemukan di antara mereka ada yang layak dipekerjakan, maka ia justru akan diberikan pekerjaan. Dan jika di antara mereka ada yang hidup dalam kesulitan, maka mereka akan diberikan harta dari kas negara.
