Mi instan Indomie sudah sangat familier di lidah masyarakat Indonesia sejak lama, dan Indomie merupakan makanan ringan yang cukup dominan di pasar global, bahkan Indomie menjadi mi instan nomer satu di Selandia baru dan Timur Tengah.
Indomie sukses menjadi glocal brand, yakni melokal di negara-negara yang ditargetnya. Brand ini sangat populer di negara Nigeria, Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan bahkan telah menjangkau lebih dari 80 negara di Eropa, Timur Tengah, hingga Amerika.
Produk mi instan Indomie diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK yang sukses mendominasi pasar lokal. Adapun strategi Indofood dalam mengembangkan produk Indomie di pasar internasional adalah dengan menerapkan tiga strategi operasional, yaitu:
Pertama, export through IOD (International Operation Division), yaitu divisi IOD langsung masuk ke pasar internasional. Kedua, own factory, yaitu Indomie memiliki pabrik sendiri di luar negeri, agar ketersediaan produk bisa dilakukan dengan cepat.
Ketiga, licence. Pada prinsipnya strategi ini sama dengan membuat pabrik, dengan menggunakan lisensi produk atau layanan kepada perusahaan lokal. Seperti yang diterapkan di wilayah Timur Tengah dan Afrika.
Menggandeng mitra merupakan salah satu gaya yang diterapkan oleh Indofood dalam mengembangkan produknya, seperti di Arab Saudi yang menggandeng perusahaan Pinehil Arabia Food Limited (PAFL).
Perusahaan PAFL ini memiliki 3 pabrik yang memproduksi mi instan, kecap dan saus. Adapun lokasi ketiga pabrik tersebut, dua di Jeddah Industrial City, dan satunya di Dammam.
Selain itu, Indofood juga melakukannya di Nigeria untuk menguasai pasar Afrika barat, dan menyiapkan pabrik di Kenya yang menjangkau pasar Afrika Timur.
Untuk semua pabrik tersebut, Indofood menyediakan unsur premium dari sisi bumbu agar kualitas cita rasanya selalu tetap terjaga. Bumbu-bumbunya diambil dari beberapa kota di Indonesia, seperti Purwakarta, Semarang, Brebes, dan Surabaya.