Manusia bukan makhluk yang seratus persen rasional. Banyak keputusan-keputusan penting diambil dengan mempertimbangkan aspek emosional. Karena itu, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan emosional yang tinggi agar pengaruhnya kepada orang lain lebih efektif.
Kemampuan emosional dapat Anda bangun dengan tiga cara. Pertama, dengan memahami kondisi emosi Anda sendiri. Kedua, dengan mengekspresikan emosi secara tepat kepada orang lain. Dan ketiga, dengan mengelola emosi orang lain.
Pemahaman terhadap kondisi emosi pribadi adalah langkah awal sebelum Anda bisa meningkatkannya. Dengan mengenal emosi positif dan negatif yang dimiliki, Anda akan tahu sisi mana yang perlu dipertahankan dan sisi mana yang perlu dikurangi. Untuk mendapatkan penilaian yang lebih obyektif, Anda perlu masukan dari rekan yang bisa dipercaya.
Selanjutnya, Anda juga perlu belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam mengekspresikan emosi secara tepat. Orang lain harus bisa memahami emosi yang Anda miliki.Namun di sisi lain, Anda juga harus bisa mengontrol emosi agar tidak meledak-ledak tanpa kontrol.
Tingkatan selanjutnya adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain. Intinya, Anda harus bisa menyentuh emosi mereka agar ide-ide yang Anda sampaikan lebih mudah diterima. Ada dua hal praktis yang bisa Anda manfaatkan.
Pertama, kekuatan gambar. Bukankah sebuah gambar bisa mewakili ribuan kata-kata? Sebagai contoh, Anda bisa menggunakan foto penuh warna untuk melengkapi data yang Anda presentasikan.
Hal kedua yang bisa digunakan adalah kekuatan cerita. Cerita yang tepat dan menyentuh hati akan bisa menggerakkan emosi audiens Anda. Jika cerita tersebut bisa dikombinasikan dengan data-data yang Anda sajikan, maka pengaruhnya akan lebih kuat di dalam benak orang lain.
“Ada dua cara untuk memengaruhi orang lain. Cara pertama dengan data dan yang kedua dengan cerita. Data hanya akan menyentuh orang lain secara rasional, sedangkan cerita akan mampu melibatkan mereka secara emosional”
Hermawan Kartajaya dan Ardhi Ridwansyah