Organisasi yang menggunakan sistem Holakrasi memiliki tata kelola yang lebih dinamis, karena Holakrasi mengatur hubungan dengan serangkaian lingkaran dan proses bebas yang dirancang perkembangannya secara terus menerus.
Sistem tersebut banyak dikembangkan oleh organisasi-organisasi nirlaba di dunia, seperti dalam perusahaan pendiri Twitter, Zappos, dan Amazon.
Sistem Holakrasi ini memungkinkan otoritas seharusnya disebar dalam serangkaian peran secara merata untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Sistem ini biasanya menempatkan pegawai sebagai subjek yang bebas berkreatifitas, berinovasi, dan berekspresi.
Dengan menggunakan sistem Holakrasi, karyawan akan bergerak lebih cepat dan gesit dengan kemampuan dan cara mereka dalam menjalankan organisasi sesuai perannya masing-masing.
Berbeda halnya dengan sistem Birokrasi yang masih berkutat pada penggunaan garis dan kotak dengan menggunakan hierarki. Sistem tersebut memiliki kecenderungan para pemimpin atau atasan untuk berupaya mengendalikan maupun mendikte suatu pekerjaan.
Meskipun demikian apakah sistem Holakrasi bisa meruntuhkan hierarki? Tentu tidak.
Anda hanya membutuhkan sistem hierarki bisa berjalan dengan lentur. Beberapa orang akan dilibatkan dalam keputusan-keputusan penting dalam menjalankan organisasi. Karena dengan kelenturan akan memungkinkan adanya tindakan, produktivitas, dan hasil.
Sebuah hierarki yang lentur belajar untuk memindahkan otoritas pengambilan keputusan dan tindakan kepada individu atau grup yang paling siap untuk menjadi sukses, hal ini begantung pada konteks yang ada.
Anda hanya perlu membangun kebudayaan dengan kombinasi proses dan akses yang tepat, yang akan lebih banyak mengizinkan kelenturan dan efektivitas dalam pengambilan keputusan Anda.