“Mereka yang mudah menyerah tidak akan menjadi pemenang dan pemenang tidak pernah menyerah”. Benarkah pepatah ini?
Ada tiga alasan yang membuat orang-orang tidak mudah menyerah. Pertama, mereka berpikir bahwa menyerah adalah simbol kegagalan. Kedua, mereka telah menghabiskan banyak modal dan tenaga di awal. Dan ketiga, mereka beranggapan bahwa memulai lagi sesuatu yang baru itu lebih mahal.
Berpikir layaknya orang aneh berarti menjadikan menyerah/berhenti sebagai salah satu pilihan untuk menang.
Berhenti dan menyerah bukan berarti kalah. Ketika Anda menjumpai dinding yang menjulang tinggi dan mustahil untuk melampuinya, maka pilihan terbijak adalah berhenti sejenak. Tidak ada yang salah akan pilihan ini. Ibarat Anda pergi ke suatu tempat lalu memasuki gang buntu, hal ini akan membuat Anda tidak akan melalui jalan yang sama di kemudian hari.
Tragedi kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger sebenarnya bisa di cegah jika saja para pemimpin NASA kala itu mau berhenti sejenak dan menunda peluncuran. Adalah Allan McDonald, kepala insinyur pembuat roket pendorong pesawat luar angkasa nahas itu yang memprediksi peristiwa ini akan terjadi. Namun petinggi NASA tidak mengindahkan peringatan darinya.
Peristiwa tersebut sungguh memilukan karena ada orang-orang yang tahu dan telah memperkirakan hal tersebut sebelum kecelakaan benar-benar terjadi. Hal inilah yang melandasi munculnya ide premortem. Premortem mencoba mencari tahu apa-apa yang mungkin akan berakibat fatal sebelum benar-benar terjadi.
Sebuah perusahaan proyek akan mengumpulkan para ahli yang terlibat di proyek tersebut dan meminta mereka untuk menuliskan potensi-potensi kegagalan beserta alasannya. Metode ini mampu meminimalisirhal-hal buruk yang bisa saja terjadi nanti.
Dari contoh-contoh diatas kita bisa berasumsi bahwasanya kegagalan tidak selamanya menjadi musuh kesuksesan.
Seorang Professor Psikologi di Amerika menyimpulkan lewat penelitiannya bahwa 90% orang yang berhenti mengejar tujuan mereka yang tidak tercapai jauh lebih sehat baik secara fisik maupun psikis ketimbang mereka yang masih ngotot berupaya. Terkadang berhenti itu perlu, namun yang terpenting adalah mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan itu.
“Beberapa perubahan memang membuat orang-orang bahagia, termasuk dua dari tindakan paling penting; putus dengan pacar dan berhenti bekerja”
Levitt dan Dubner