Dalam menjalani kehidupan, Helen mengandalkan indra perasa dan penciumannya. Bagi Helen, tangan sama artinya dengan mata. Indra perasanya sama dengan Indra penglihatan. Melalui tangan ia dapat mengetahui banyak hal. Melalui sentuhan ia merasakan cinta kasih serta akal budi.
Meskipun tak dapat mengetahui warna dan suara, Helen dapat merasakan kelucuan, kesedihan bahkan keindahan melalui kualitas sentuhan yang ia terima. Dengan cara itu pula ia dapat membedakan antara dinginnya kelopak teratai yang baru mekar dengan dinginnya angin pada musim panas.
Seiring berjalannya waktu, Helen dapat mengetahui banyak hal dari penciumannya. Ia mengetahui seperti apa rumah yang baru ia masuki. Bahkan ia dapat memperkirakan datangnya badai juga dari penciumannya. Ia dapat merasakan getaran halus tanda badai sudah datang hingga bau tanah yang memudar seiring berhentinya badai.
Apa pun yang pernah disentuh Helen, seakan menentap di sana karena adanya kontak dengan permukaannya. Sementara dengan penciuman, memang tak ada yang dapat diperoleh melalui kuntur permukaannya. Tetapi ia dapat merasakan bau dari organ yang ada. Misalnya ia tahu ada sebatang pohon di depannya dari bau yang ditimbulkan.
Agar dapat mengetahui informasi mengenai sesuatu hal yang ia cium dengan tepat, Helen mencoba menghubungkannya dengan hal lain. Misalnya hal-hal yang umum terjadi atau ada di sekitar timbulnya bau tersebut. Dengan cara seperti itu ia dapat mengetahui informasi mengenai orang yang menyentuhnya, pekerjaannya, asalnya dan lainnya.
Helen mungkin kehilangan indra penglihatan dan pendengaran, tetapi ia melatih indra lainnya agar dapat beradaptasi dengan lingkungan. Berkat dukungan orang sekitar dan bimbingan Sullivan, Helen mulai menjadi sosok yang mandiri.