Setelah beberapa minggu berada dalam asuhan Sullivan, Helen baru menyadari bahwa segala sesuatu itu memiliki nama. Selama ini, ia belajar mengeja berbagai benda yang sama sekali tak ia ketahui bentuk dan maknanya.
Nona Sullivan selalu mencari waktu yang tepat untuk mengajarkan sesuatu sehingga proses belajar menjadi mudah dan menyenangkan. Kecerdasan, rasa kasih sayang, kesabaran dan simpatinya membuat suasana belajar menjadi hal yang indah.
Helen merasa begitu dekat dengan sang guru sehingga seakan tak mampu melakukan apa-apa jika mereka berjauhan.
Proses belajar dengan mengeja secara sentuhan juga dilakukan Helen ketika mempelajari banyak hal, termasuk bahasa Latin. Ketika guru bahasa Latin memberikan pelajaran, Nona Sullivan juga duduk di sebelah Helen dan mengeja apa pun yang diucapkan sang guru serta mencari kata-kata baru bagi Helen.
Untuk belajar hitungan, Sullivan menggunakan manik-manik yang disusun dengan benang serta jerami. Sementara untuk pelajaran zoology dan botani, sang guru akan membiarkan Helen menyentuh obyek yang sedang dibahas sembari memberikan penjelasan. Helen harus mengandalkan daya ingat dan indra perabanya.
Cukup puas dengan kemampuan membacanya, Helen pun minta dicarikan guru untuk belajar berbicara. Dibawah bimbingan Nona Sarah Fuller, Helen mulai belajar bicara dengan cara meraba posisi lidah dan bibirnya saat mengeluarkan suara.
Walaupun demikian, Helen tetap membutuhkan Nona Sullivan untuk berlatih dan membetulkan ucapannya yang salah. Dengan caranya, Sullivan mampu memuaskan hasrat keingintahuan Helen yang tinggi sekaligus mengubah energi amarahnya menjadi semangat untuk belajar.
Butuh waktu untuk menyelaraskan keduanya. Namun hasilnya luar biasa. Di bawah asuhan Sullivan, Helen mampu menguasai beberapa bahasa dan juga memiliki pendidikan akademis yang tinggi.
“Aku bahagia sepanjang hari karena pendidikan telah menghadirkan cahaya dan musik ke dalam jiwaku”
Helen Keller