Munculnya kebiasaan dikarenakan otak terus-menerus mencari cara untuk menghemat upaya. Bila dibiarkan saja, otak akan mencoba menjadikan nyaris setiap rutinitas menjadi suatu kebiasaan. Sebab, kebiasaan memungkinkan benak Anda lebih sering bersantai.
Naluri menghemat upaya ini adalah sebuah keuntungan besar. Otak yang efisien memungkinkan Anda berhenti terus-menerus memikirkan prilaku dasar seperti berjalan dan memilih makanan.
Hal tersebut yang membuat Anda bisa menyimpan energi, misalnya untuk mengerjakan tugas yang mendesak di tempat kerja Anda.
Proses kebiasaan dalam otak merupakan suatu lingkaran bertahap tiga. Pertama, ada tanda, pemicu yang memberitahu otak untuk memasuki mode otomatis dan kebiasaan mana yang harus digunakan.
Kedua, ada rutinitas, yang bisa jadi fisik, mental, ataupun emosional. Ketiga, ada ganjaran, yang membantu otak Anda mengetahui apakah lingkaran ini patut diingat untuk masa depan atau tidak.
Pada saatnya, lama-kelamaan lingkar ini (tanda, rutintas, ganjaran; tanda, rutinitas, ganjaran) menjadi semakin otomatis.
Tanda dan ganjaran menjadi terikat sedemikian erat sampai-sampai muncullah rasa antisipasi dan keinginan memperoleh sesuatu yang sangat kuat. Pada akhirnya, kebiasaan pun terlahir.
Kebiasaan bukanlah takdir. Kebiasaan itu bisa diabaikan, diubah, atau diganti. Ketika kebiasaan muncul, otak berhenti turut-serta penuh dalam pengambilan keputusan.
Otak berhenti bekerja keras atau mengalihkan tugas-tugas lain. Kecuali Anda secara sengaja melawan suatu kebiasaan, pola kebiasaan akan berjalan secara otomatis.
Kebiasaan diprogramkan ke dalam struktur otak Anda. Ini merupakan keuntungan besar bagi Anda, sebab akan sangat menyebalkan jika Anda harus belajar lagi cara menyetir setiap kali pulang liburan.
Masalahnya, otak tidak bisa tahu mana kebiasaan yang buruk dan mana yang baik, sehingga bila Anda punya kebiasaan buruk, kebiasaan itu selalu mengintai di sana, menanti munculnya tanda dan ganjaran yang sesuai.
“Dengan mempelajari struktur lingkaran kebiasaan saja, kebiasaan bisa jadi lebih mudah dikendalikan. Begitu Anda memecah kebiasaan menjadi komponen-komponennya, Anda bisa otak atik sekrup-sekrupnya.”
Charles Duhigg