Sosok Jenghis Khan sering digambarkan memiliki kepribadian yang kasar dan gampang marah. Padahal walau tidak suka dikritik, ia selalu berusaha menerima masukan dengan lapang hati. Hal tersebut membentuk karakter pemimpin yang matang. Kecerdasan emosinya tak diragukan lagi.
Tidak selamanya situasi selalu aman. Kadang ada saja sebuah kondisi yang membuat Jenghis Khan harus bertindak cepat dan tepat guna menjaga keselamatan pengikutnya. Meskipun demikian, apapun keputusan yang ia ambil sudah mempertimbangkan banyak hal dan meminimalisir kerugian dari pihaknya.
Sikap tenang dalam mengambil keputusan serta adanya kemampuan untuk melihat realita yang ada membuat sukunya mau mengikuti Jenghis Khandalam rangka mencapai misi pribadinya (yang sudah berubah menjadi misi kelompok). Kepercayaan semacam ini adalah sesuatu yang mahal harganya, terutama bagi bangsa penakluk seperti mereka.
Meski memiliki banyak pegetahuan dan keterampilan dibandingkan yang lain, namun Jenghis Khan tetap mengakui jika ada sosok yag lebih pandai darinya. Padahal, para pemimpin lain biasanya akan bersikap bermusuhan dan waspada pada orang hebat yang ada di sekelilingnya. Bukannya dianggap aset, mereka malah dianggap ancaman.
Berbeda dengan Jenghis Khan. Ia justru berusaha untuk memanfaatkan mereka semaksimal mungkin demi memperoleh kejayaan. “Pekerjakan hanya yang terbaik, berikan yang terbaik,” begitu motonya.
Dengan kesetiaan yang sudah dibentuk, ia merasa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi. Mereka akan tetap setia padanya meskipun dalam hal tertentu memiliki kemampuan lebih darinya.