Dalam hukum, Jenghis Khan menerapkan peraturan yang tegas. Hukum-hukum tersebut dimaksudkan untuk menggantikan hukum adat kesukuan. Hukum tersebut diterapkan pada setiap individu secara merata tanpa pandang bulu.
Hukum dirancang untuk menegakkan disiplin terutama dalam hal ketentaraan dan layanan pengiriman surat, hal yang dianggap sebagai unsur yang sangat menentukan untuk penaklukan di masa itu.
Bagi Jenghis Khan, tidak ada yang lebih berharga bagi seorang pemimpin selain kesetiaan. Jengis Khan sangat menghormati dan bermurah hati pada mereka yang setia kepadanya. Ia menjanjikan komitmen secara total dan berharap pengikutnya juga bersikap sama. Ia akan memanjakan pengikutnya yang setia dengan berbagai penghargaan, seperti jabatan dan barang rampasan perang.
Jika ada pasukan musuh yang mendatanginya dengan berkhianat pada pemimpinnya, maka Jengis Khan justru akan membunuh mereka. Karena tindakan mereka dianggap sebagai wujud rasa tidak setia pada pimpinan.
Jenghis Khan mampu menciptakan suasana dimana kepentingannya dianggap sebagai kepentingan negara. Aturan yang berlaku saat itu memang menegaskan bahwa seluruh kekayaandari rampasan perang adalah milik Khan. Menyembunyikan atau menahan harta rampasan perang berarti melakukan pengkhianatan kepada pimpinandan negara.
Ketika sudah menjadi seorang Khan, sikap murah hati menjadi salah satu dasar bagi pemerintahannya. Meski Jenghis Khan selalu menampilkan diri sebagai sosok sederhana yang memandang rendah kemewahan, namun seluruh pengikutnya paham bahwa ia memiliki hak penuh untuk membagikan harta rampasan.
Dengan demikian ia memberikan contoh penghematan dengan hidup sederhana sekaligus tidak segan untuk membagikan kekayaan bagi pengikutnya. Tidak ada yang berani mempertanyakan keputusannya. Semua hal sudah dilakukan sesuai dengan hukum. Penghargaan pun diberikan sesuai dengan kadar kesetiaan masing-masing orang.