Persepsi umum mengatakan bahwa orangtua lebih suka anak yang patuh, penurut, kooperatif. Sedangkan anak strong-willed adalah mimpi buruk bagi mereka.
Apalagi bila selalu saja ada keluhan datang dari orang lain terhadap anak tersebut, orangtua akan semakin sulit untuk bersikap positif bagi si anak.
Padahal, persepsi negatif ini akan mempengaruhi anak karena reputasi yang terbangun itu akan terbawa di manapun ia berada dan akan ada perlakukan yang negatif pula padanya atas reputasi tersebut.
Bagaimana mereka diperlakukan akan berdampak pada bagaimana mereka memperlakukan diri mereka sendiri.
Pada tahap selanjutnya anak akan menginternalisasi kritik dan kondisi yang mereka terima dan melakukan self-blaming dengan respon bawah sadar, “saya memang pembawa masalah”.
Orangtua perlu membangun persepsi positif dan mengapresiasi dengan bijak, sehingga sang anak akan melakukan hal yang sama. Namun, harus diingat bahwa seperti karakter lainnya, wilfulness adalah sebuah kekuatan. Dan seperti kekuatan-kekuatan lainnya ia bisa disalahgunakan.
Tugas orangtua untuk menolong anak belajar cara terbaik menyalurkan kekuatan tersebut pada saluran yang tepat sehingga itu membantunya untuk tumbuh dengan baik, bukan justru sebaliknya.
“Bersikeras bukanlah keras kepala melainkan berdedikasi. Menolak bukan berarti membangkang, melainkan memegang prinsip. Memenangkan bukan berarti tidak mau kalah melainkan keinginan untuk sukses. Semua kata-kata dengan label negatif itu bila kita lihat lagi dari sisi positifnya, ternyata merupakan nilai-nilai yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat.“
Carl E. Pickhardt