Awasi dan identifikasi kapan willfullness berpotensi menjadi masalah. Kekuatan willfullness menjadi bermasalah dan segera ditangani apabila Anda melihat hal-hal berikut ini:
Pertama, saat orangtua mulai mengalah dari pendirian yang sehat karena kewalahan oleh desakan atau perlawanan yang intens dari si anak (tantrum). Bila orangtua menyerah, mereka akan melakukan hal yang sama untuk keinginan berbeda lainnya di masa yang akan datang.
Orangtua harus tetap teguh pada pendirian dan ajarkan Anda untuk bertoleransi terhadap keinginan mereka dengan mempraktikkan penundaan dan penolakan pemenuhan keinginan tersebut.
Kedua, ketika mereka menjadi perfeksionis dan tidak suka membuat kesalahan.Ini berpotensi mengancam self-esteem. Intervensi dan ajak mereka berkontemplasi tentang standar yang mereka buat apakah sudah cukup realistis atau justru berlebihan.
Ketiga, ketika mereka berorientasi hasil. Dalam berkompetisi, anak strongwilled akan berusaha mengontrol segala sesuatu untuk membuatnya menang. Orangtua perlu menekankan bahwa yang utama adalah usaha, bukan hasil nya.
Usaha adalah hal yang bisa dikontrol, namun itu tidak menjamin bahwa hasilnya akan seperti apa yang kita inginkan, hasil di luar kendali manusia.
Keempat, ketika ada potensi mendikte orang lain. Pada tahap yang ekstrim anak strongwilled juga bisa mendikte perilaku orang lain dan berpotensi menjadi pelaku bullying.
Orangtua perlu menegaskan dan memberikan pemahan akan potensi kerusakan hubungan sosialnya yang bisa terjadi bila ia melakukan hal-hal tersebut.
Kelima, ingin selalu bebas dan mencoba apapun juga adalah potensi masalah. Sebagai orangtua, Anda perlu membiarkan mereka belajar dan kesalahan tetapi terkadang ada baiknya memberi peringatan praktis atas resiko yang mungkin akan mereka hadapi terutama berkaitan dengan hal-hal yang ekstrim seperti narkoba dan pergaulan bebas.
Keenam, ketika ada perlakukan khusus terhadap mereka.Hati-hati, anak-anak bisa saja berpikir bahwa mendapatkan perlakuan spesial adalah suatu keharusan. Untuk menghentikan ini orangtua perlu merubah atau memoderasi ekspektasi mereka.
Terhadap anak willfull child yang meski punya kelebihan bakat tertentu, orangtua dan pendidik perlu memperlakukan mereka sama dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti anak-anak lainnya.
Ketujuh, self-centered atau merasa dunia berputar mengelilinginya. Orangtua perlu mengatasi ini dengan mengajak anak memikirkan hal yang lebih dari sekedar diri mereka sendiri contohnya dengan melibatkan anak dalam kegiatan pelayanan komunitas.
Menjadi relawan adalah sarana pembelajaran untuk menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri.
Ajarkan pula konsep resiprositas (Orangtua memberi, anakpun harus melakukan yang diinginkan orangtua); Kompromi (Kesepakatan hanya bekerja bila kepentingan kedua belah pihak terakomodasi)serta; Sensitivitas dalam hubungan (Kata-kata cacian dan ujaran kebencian tidak ditolerir).
Kedelapan, ketika mereka menjadi intoleran. Misalnya, mainan harus diatur seperti yang ia mau atau makanan harus dimasak sesuai yang ia inginkan, dan lain-lain. Intoleransi menunjukkan kekakuan berpikir (infleksibilitas).
Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan seluruh anggota keluarga di rumah, maka orangtua perlu mengajarkan fleksibilitas agar anak bisa menghadapi keadaan yang berubah di luar kontrol nya. Yakni dengan pendekatan kegiatan tanpa ekspektasi apapun.
“Fleksibilitas sangat diperlukan agar anak bisa tumbuh dan bertahan hidup.Perubahan adalah hukum mutlak seluruh makhluk hidup.”
Carl E. Pickhardt
