Absen (ketidakhadiran) jauh lebih sulit dideteksi daripada kehadiran. Dengan kata lain, orang cenderung lebih menekankan pada apa yang ada daripada apa yang tidak ada. Ini menunjukkan bahwa kita mengalami masalah dalam memahami sesuatu yang tidak ada/ non-events. Hal ini disebut efek fitur positif (feature-positive effect).
Contoh sederhana misalnya kita menyadari jika ada perang, tapi tidak menghargai tidak adanya perang selama masa damai. Atau misalnya bila kita sehat, kita jarang berpikir tentang sakit. Apa yang ada cenderung dilihat lebih besar dibandingkan apa yang tidak ada.
Efek ini mempunyai konsekuensi bahwa kita jauh lebih terbuka pada nasihat positif (lakukan X) daripada saran negatif (lupakan tentang Y) – tidak peduli kemungkinan betapa bergunanya yang terakhir.
Hal paling menarik tentang efek fitur positif ini adalah bahwa suatu fenomena atau bias psikologis secara langsung berlaku untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menghadapi dilema, pikirkan hal ini: Apa yang absen, apa yang ada; Apa yang telah ditunjukkan pada Anda, apa yang belum ditunjukkan pada Anda; Apa efek positifnya dan apa efek negatifnya.
Begitupula halnya dengan availability bias, dimana orang membuat keputusan berdasarkan informasi yang mudah didapat dan bukan informasi yang benar. Misalnya seseorang mengatakan: “Merokok tidak akan berakibat buruk untukmu, kakek saya merokok 3 pak sehari dan hidup lebih dari 90 tahun”. Orang menggunakan pernyataan seperti ini untuk membuktikan sesuatu, namun sebenarnya hal tersebut tidak membuktikan apapun.
Availability bias berbicara tentang bagaimana kita menciptakan gambaran dunia dengan suatu contoh yang paling mudah muncul di pikiran. Ini sebenarnya absurd, karena tentu saja pada kenyataannya hal-hal tidak menjadi lebih sering terjadi hanya karena kita dapat memahaminya dengan lebih mudah.
Salah satu yang sering menghadapi availability bias ini ialah dokter. Umumnya dokter memiliki cara perawatan yang sudah menjadi andalannya, yang sering digunakan untuk banyak kasus. Perawatan yang lebih tepat mungkin ada, tetapi ini tergantung pada cara pikiran dokter. Akibatnya mereka mempraktekkan apa yang mereka tahu.
Bila sesuatu dilakukan berulang dan cukup sering, hal itu tersimpan dalam ‘garis terdepan’ pikiran kita. Itu bahkan tidak selalu benar. Dengan kata lain, orang cenderung lebih memilih informasi yang mudah didapat dan membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut daripada informasi yang lebih relevan namun sulit didapatkan. Orang cenderung memilih informasi yang salah daripada tidak memiliki informasi. Disinilah availability bias terjadi.