Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang tanpa dipikir-pikir lagi, di mana pusat kendalinya berada dalam memori tersirat. Terdapat ahli yang menyatakan bahwa amalan agar menjadi sebuah kebiasaan maka harus dilakukan pengulangan minimal sembilan puluh hari berturut-turut.
Intensitas dan frekuensi yang tinggi dari pengulangan tersebut akan ditanggapi oleh otak dengan perubahan kimiawi dan anatomis pada bagian otak tertentu. Karakter kebiasaan baik adalah sulit dibangun dibandingkan dengan kebiasaan buruk.
Enam tahapan membentuk kebiasaan menurut Dr.Ibrahim Elfiky dalam bukunya Quwwatut Tafkir:Pertama, Berpikir.Pada tahapan ini seseorang memikirkan sesuatu, memberi perhatian, dan berkonsentrasi padanya.
Misalnya, saat membaca hadist nabi yang memerintahkan membaca Al-Qur’an selama sebulan, maka Anda berpikir untuk mengamalkannya kemudian. Selanjutnya Anda bertekad untuk mencari cara bagaimana mengamalkannya yang diimplementasikan oleh Anda dengan membaca Al-Qur’an setiap selesai shalat tahajud dan shalat maghrib sebanyak satu juz per hari.
Kedua, Perekaman. Pada saat Anda memikirkan sesuatu, otak merekam. Pada tahapan ini adalah tahapan sederhana ketika seseorang dapat menjauhinya dan menutup file jika menghendaki.
Ketiga, Pelaksanaan.Pada tahapan ini,Anda akan melakukan kegiatan sesuai yang Anda pikirkan, misalnya Anda melaksanakan kegiatan membaca Al-Qur’an setiap selesai shalat Tahajud dan shalat Maghrib masing-masing setengah juz.
Keempat, Penyimpanan. Pengalaman Anda direkam oleh otak dan disimpan dalam file.Misalnya,pengalaman Anda saat membaca Al-Qur’an setelah selesai shalat Tahajud dan Maghrib direkam dan disimpan otak dimana kemudian otak membuat asosiasi antara waktu selesai shalat shubuh dan maghrib dengan membaca Al-Qur’an.
Kelima, Pengulangan. Setiap Anda mengulang sebuah aktivitas, pikiran menjadi semakin kuat. Pengulangan berkali-kali akan menggeser penyimpanan file ke memori bawah sadar.
Misalnya, setiap Anda mengulang aktivitas membaca Al-Qur’an sehabis shalat Tahajud dan Maghrib, pikiran yang menghubungkan kedua aktivitas tersebut juga semakin kuat. Pada saat itu, melepaskan diri dari membaca Al-Qur’an pada kedua waktu tersebut menjadi semakin sulit.
Keenam, Kebiasaan. Apabila pengulangan dan tahapan di atas dilalui dan disertai dengan akal yang meyakini kebiasaan sebagai bagian terpenting, maka ia akan memperlakukannya seperti bernapas, makan, minum, atau kebiasaan lain yang mengakar kuat.
“ Laksanakanlah oleh kalian amalan semampu kalian, sesungguhnya sebaik-baik amalan adalah yang dikerjakan terus-menerus (menjadi kebiasaan) meskipun sedikit.”
HR. Ibnu Majah