Pihak yang terlibat di dunia pendidikan kita sebenarnya terbelah menjadi dua bagian; digital natives—yaitu anak-anak yang lahir setelah era internet—dan digital immigrants, mereka yang lahir sebelum telepon pintar dan komputer berkembang.
Seiring perkembangan teknologi, para digital immigrants di dunia pendidikan, yaitu para pengajar, dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan gaya belajar murid-muridnya yang lahir di era digital.
Di era baru ini, anak-anak sangat menyukai dunia game. Di sana mereka mendapatkan apresiasi ketika menang, namun ketika gagal tidak ada ejekan, justru diajak untuk mencoba lagi.
Sementara di dunia nyata, saat mereka sudah mengakui kesalahan atau kekurangan pun terkadang masih juga dicaci. Alhasil, ketika dewasa mereka akan menjadi sosok yang mudah mengritik namun sulit memuji.
Untuk membuat anak-anak menjadi sosok yang tangguh, sejak kecil mereka harus dibiasakan dan dibesarkan dalam suasana menantang, jangan selalu diberikan kemudahan. Jangan terlalu cepat merebutkesulitan yang dihadapi anak-anak, berikan kesempatan bagi mereka untuk menghadapi tantangan dan kesulitannya sendiri
Ingat juga bahwa bakat tidak bisa dikenali secara sempurna melalui alat-alat tes seperti metode finger print, tes IQ dan sejenisnya. Bakat bukan lahir begitu saja dalam diri seseorang, namun harus ditemukan melalui latihan dan kerja keras. Jadi, Anda sendiri yang harus menemukan dan mencarinya.
Hal yang sama berlaku pula bagi anak-anak Anda. Tugas Anda adalah membantu mereka menemukan bakatnya, bukan memaksakan suatu bakat berdasarkan keinginan pribadi Anda.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak adalah life skill. WHO menyebutkan bahwa life skill merupakan modal untuk hidup sehat. Life skills yang perlu setiap orang kuasai adalah kemampuan mengelola rasa frustasi, pengendalian diri, berpikir kreatif, berempati serta kemampuan melihat dari perspektif yang berbeda.
Terakhir, yang paling penting bukan seberapa banyak pelajaran yang diambil anak-anak Anda, tapi seberapa besar kemampuan seorang anak untuk memahami sebuah topik secara mendalam. Lebih baik sedikit namun paham secara detail dari pada belajar banyak hal namun tidak pernah paham.
Itulah kenapa Selandia Baru hanya memberikan enam pelajaran, namun mereka menduduki peringkat terbaik ke-6 di dunia dalam hal pendidikan.