Agar bisa mengoptimalkan pemakaian topi-topi yang lain, maka perlu ada topi yang berurusan dengan kendali dan pengaturan dari proses berpikir. Maka munculkan topi biru.
Biru sering dianggap sebagai warna yang menenangkan, serta warna langit yang lebih tinggi dari wana-warna lainnya.
Dengan topi biru, kita tidak lagi memikirkan tentang pokok persoalan, sebaliknya memikirkan mengenai pemikiran yang diperlukan untuk menelaah pokok persoalan tersebut.
Bisa dikatakan, topi biru berperan sebagai membuat rencana untuk berpikir mengenai apa yang sehrusnya terjadi dalam susunan yang ditentukan.
Struktur dari topi biru dapat memberikan sebuah rancangan mengenai apa yang mungkin terjadi di setiap waktu. Seringnya pemikiran topi biru mengendalikan pemikiran berjenis diskusi.
Pemikiran topi biru tidak terbatas pada pengaturan topi-topi lainnya, namun juga bisa dipergunakan untuk mengatur aspek lain.
Fokus merupakan aspek penting dalam pemikiran topi biru. Hal ini juga yang membedakan antara pemimpin baik dan pemimpin buruk.
Memberikan pertanyaan merupakan cara paling sederhana untuk memfokuskan pemikiran. Mengajukan pertanyaan yang tepat bisa menjadi bagian terpenting.
Topi biru dapat menentukan bidang pemfokusan yang memerlukan konsep-konsep baru, sementara topi hijau akan mencoba menghasilkan konsep-konsep baru.
Hal tersebut dilakukan secara bergantian sehingga ada jeda bagi topi hijau untuk menjalankan proses kreatifnya.
Segala sesuatu menjadi lebih jelas. Sekalipun ada satu orang yang diserahi tugas secara spesifik untuk menjadi pemikir dari topi biru, namun masih terbuka bagi siapa saja untuk memberikan komentar dan usulan.
Keputusan akan sebuah masalah akan ditemukan dengan sendirinya begitu bagian topi biru selesai