Selain menguasai aksentuasi, intonasi dan tempo, Anda juga harus memiliki kekuatan pada pidato Anda agar dapat menggerakkan audiens. Empat faktor kekuatan yang berada di bawah kendali Anda, dan oleh karenanya bisa diperoleh, yakni gagasan-gagasan, perasaan terhadap materi, pelafalan kata-kata dan penyampaian.
Kata-kata yang spesifik, lebih kuat daripada kata-kata umum. Kata-kata yang pendek lebih kuat daripada kata-kata yang panjang. Pilihan kata sangat memengaruhi bagaimana pesan dirasakan oleh audiens.
Begitupula halnya dengan perasaan dan antusiasme. Pidato-pidato yang akan dikenang selalu disertai oleh kekuatan emosi. Dan para pembicara yang ingin berpidato secara efisien harus mengembangkan kekuatan untuk menggetarkan perasaan. Sebab rahasia sejati dari kekuatan pembicara adalah kekuatan emosi.
Antusiasme adalah pertumbuhan, sebuah hasil. Cara untuk melekatkan perasaan dan antusiasme ke dalam pidato dan percakapan publik adalah sungguh-sungguh menghayati pesan yang Anda sampaikan. Perasaan yang tulus dalam pidato merupakan tulang dan darah pidato itu sendiri, dan bukan sesuatu yang bisa ditambahkan atau dikurangi sekehendak hati.
Kekuatan antusiasme harus diiringi dengan kekuatan bahasa tubuh. Namun demikian, bahasa tubuh haruslah muncul secara alami, tidak direncanakan. Bahasa tubuh dibenarkan hanya jika digunakan untuk mendukung penyerapan pemikiran, sebagai ekspresi tulus dari kebenaran. Dan menjadi kesalahan fatal, apabila bahasa tubuh digunakan sebagai ekspresi dramatis belaka.
Para pembicara terbaik jarang merencanakan bahasa tubuh yang akan mereka tampilkan. Sebab bahasa tubuh seharusnya timbul akibat momentum. Hindari bahasa tubuh yang monoton dan jangan menggunakannya secara berlebihan. Dasar dari bahasa tubuh yang baik adalah menguasai kekuatan, ketenangan, keluwesan dan keeleganan tubuh.