Pada umumnya, masyarakat memperlakukan kebudayaan sebagai barang publik. Barang-barang publik inilah yang kemudian menjadikan sebuah kreativitas dari seniman menjadi tragedi umum.
Tragedi umum merupakan fenomena yang dapat mengikis sumber daya umum. Hal ini sangat merugikan seniman dan orang-orang kreatif karena mengingkari hak fundamental mereka.
Akibatnya, tragedi umum yang terjadi akan berdampak pada pengakuan aktivitas mereka sebagai karier yang sah, dan kompensasi yang diterima atas apa yang telah mereka kerjakan secara layak.
Hal itu juga merupakan bentuk pengingkaran terhadap jenis kemajuan sosial dan ekonomi yang diberikan kepada para seniman dan orang-orang kreatif yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu, Orange Economy bergerak dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap situasi yang terjadi dengan cara memahaminya dalam dalam bentuk angka-angka.
Seperti yang terjadi pada pekerja kreatif di AS yang ternyata 14 kali lipat lebih produktif daripada pekerja serupa di China. Hal tersebut terjadi karena adanya kepastian hukum yang lebih besar terhadap kekayaan intelektual dalam Orange Economy.
Namun kini kepemimpinan di China pada perdagangan Orange Economy telah meningkat bersamaan dengan ekspansi manufakturingnya.
Harapannya, pola perdagangan saat ini yang lebih condong pada perdagangan jasa dapat membuat bangsa-bangsa dengan strategi intensifnya terhadap “mindfacture” akan mengambil alih kepemimpinan yang lebih berorientasi pada penguatan Orange Economy.
“Tanpa kebudayaan dan kebebasan relatif yang diimplikasikannya, masyarakat, bahkan ketika sempurna, tidak lain hanyalah sebuah rimba. Itulah alasan setiap kreasi otentik adalah sebuah hadiah untuk masa depan.”
Albert Camus