Meskipun tidak terlalu sukses pada Olimpiade sebelumnya, Prof Yohannes dan tim tetap berpikiran positif dan menargetkan medali emas pada olimpiade berikutnya.
Target yang sangat jelas ini memunculkan berbagai Mestakung. Mulai dari penemuan siswa yang rajin, cerdas dan berbakat sebagai kandidat, keterlibatan alumni dalam proses pelatihan dan juga kecukupan dari segi pendanaan .
Impian, tujuan dan keinginan yang digambarkan secara jelas dan diucapkan secara berulang-ulang akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Ketika hal ini diwujudkan dalam bentuk tindakan, maka alam dan lingkungan sekitar akan mendukungnya dan terjadilah Mestakung.
Impian meraih emas untuk pertama kalinya merupakan sebuah target yang sangat jelas yang ingin diwujudkan pada Olimpiade ke-30.
Berbagai kendala pun dihadapi dengan sabar dan pantang menyerah agar tujuan ini tercapai, mulai dari masalah penerjemahan soal sampai tahap peninjauan ulang nilai (moderasi). Perjuangan ini pun akhirnya membuahkan hasil dan Indonesia berhasil mendapatkan medali emas untuk pertama kalinya!
Pada tahun 2000, Indonesia menerima tawaran sebagai penyelenggara Olimpiade Fisika tingkat Asia yang diadakan untuk pertama kalinya. Keputusan ini dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan yang berani dan nekat karena belum adanya kepastian pembiayaan. Keberanian dan kenekatan ini memicu terjadinya situasi kritis dan melahirkan Mestakung.
Semua pemikiran dan perhatian terfokus pada acara besar ini. Berbagai dukungan dan bantuan datang dari berbagai pihak. Berbagai program berupa seminar, pameran dan pertunjukan pun berhasil terlaksana dengan lancar dan sukses.
Kesuksesan dalam penyelanggaraan Olimpiade tingkat Asia ini ternyata sangat berpengaruh terhadap prestasi Tim Indonesia dalam Olimpiade Fisika Internasional berikutnya yang diadakan di Inggris. Perubahan fokus dari persiapan tim menjadi penyelenggara membuat tim Indonesia hanya mampu meraih empat perunggu.
Ini membuktikan bahwa fokus merupakan sebuah faktor penting dalam mewujudkan Mestakung.