Keikutsertaan Indonesia dalam Olimpiade Fisika Internasional untuk pertama kalinya merupakan sebuah kebetulan yang diusahakan. Mengetahui bahwa kampusnya, College of William Mary, menjadi tuan rumah ajang bergengsi tersebut, Prof Yohannes Surya berinisiatif untuk mengikutkan siswa-siswa dari Indonesia.
Hal ini ternyata bukanlah suatu hal yang mudah. Ada dua permasalahan yang dihadapi pada waktu itu, yaitu masalah perizinan dan pendanaan. Agar dapat mengikuti olimpiade ini untuk pertama kalinya, peserta baru disyaratkan harus menjadi pengamat minimal 2 kali atau mendapatkan undangan khusus dari tuan rumah acara.
Masalah pendanaan juga menjadi kendala karena beasiswa yang diberikan panitia sangat minim dan tidak mencukupi.
Meskipun belum mendapatkan kepastian keikutsertaan, dua bulan sebelum acara Prof Yohannes tetap mengundang lima orang siswa SMA yang sudah diseleksi oleh Universitas Indonesia. Dalam situasi kritis tanpa kepastian ini Prof Yohannes dan tim berpikir keras agar masalah perizinan dan pendanaan ini dapat terselesaikan.
Situasi kritis ini pun memacu otak untuk berpikir lebih kreatif dan terjadilah Mestakung. Dana pun mulai diperoleh dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri, penerbit dan juga orang tua siswa. Izin pun akhirnya didapat setelah pihak panitia tersentuh melihat kesungguhan dan perjuangan siswa Indonesia.
Kepastian keikutsertaan ini membuat siswa Indonesia berjuang sangat keras agar dapat memberikan hasil yang terbaik. Mereka belajar setiap hari mulai dari pagi sampai dini hari. Meskipun demikian, mereka tidak mengeluhkan apa-apa dan menikmati pelatihan yang diberikan.
Setelah mendapat pelatihan yang cukup, kompetisi pun dimulai dan Mestakung terjadi lagi. Proses Mestakung terjadi ketika siswa diberikan soal baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Dalam kondisi kritis ini, sel-sel otak secara bersama-sama berusaha menggabungkan informasi-informasi yang tersimpan dalam memori dan pada satu titik ditemukanlah solusi dan pencerahan atas pertanyaan ini.
Kondisi kritis ini memungkinkan lahirnya jawaban-jawaban kreatif yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Akhirnya, dalam olimpiade yang kali pertama diikuti ini, Indonesia berhasil meraih satu perunggu dan hadiah harapan. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi sebuah tim debutan.