Konsep Mestakung yang merupakan singkatan dari “Semesta Mendukung” pertama kali diperkenalkan melalui ilmu fisika. Konsep ini mengacu kepada sebuah fenomena yang terjadi ketika sebuah zat berada di titik paling kritis. Di titik paling kritis inilah semua komponen dan molekul yang terdapat dalam sebuah zat berubah secara bersama-sama secara spontan dan alami.
Pasir yang dituangkan sedikit demi sedikit di atas lantai akan membentuk sebuah bukit kecil. Ketika berada pada ketinggian kritis, pasir tersebut akan mengatur dirinya secara otomatis yang mengakibatkan kemiringan bukit tidak berubah. Peristiwa penyesuaian diri secara bersama-sama dalam kondisi kritis yang menghasilkan wujud yang berbeda ini disebut dengan Mestakung.
Air yang dipanaskan sampai suhu 374 derajat celcius juga akan mencapai situasi kritis. Ketika suhu ditingkatkan sedikit saja, air akan berubah wujud menjadi uap air secara bersama-sama. Hal ini juga merupakan sebuah peristiwa Mestakung.
Konsep Mestakung ini tidak hanya terjadi dalam bidang fisika saja, namun juga terjadi dalam berbagai bidang lainnya seperti biologi, sosial, ekonomi dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa mestakung diawali dengan sebuah kondisi kritis yang memacu semua komponen dalam diri untuk bereaksi dan berubah.
Dalam ilmu biologi, sekumpulan angsa terbang secara bersamaan dengan membentuk pola huruf “V” ketika pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Demikian juga cara sekumpulan ikan bereaksi terhadap bahaya yang mengancam dengan berenang secara bersama-sama. Peristiwa ini terjadi secara spontan yang berasal dari diri mereka sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mampu meloncat pagar yang cukup tinggi ketika dikejar oleh seekor anjing. Seseorang pelajar juga mampu menyelesaikan sebuah tugas dalam waktu singkat karena sudah tiba masa tenggang. Peristiwa–peristiwa ini juga merupakan Mestakung karena bermula dari sebuah kondisi kritis yang membuat diri mereka melakukan sesuatu yang luar biasa dan berbeda tanpa dipaksa.
Lalu bagaimana kaitan Mestakung dengan kekuasaan Sang Pencipta? Di dalam buku tersebut, Profesor Yohannes Surya menegaskan bahwa adanya pola yang teratur dalam Mestakung ini membuktikan ada Yang Maha Pengatur di baliknya. Itulah kekuasaan Sang Pencipta.