Kerendahan hati adalah tanda kearifan yang matang. Letaknya di lapisan hikmah terdalam. Hanya sedikit orang dapat mencapai kedalaman itu.
Ia merupakan karunia agung dari Tuhan. Faktanya, seorang pemimpin yang memiliki kerendahan hati mendaki kehebatan yang lebih tinggi.
Salah satu ciri pemimpin rendah hati ialah sedikit bicara dan banyak bekerja. Ia pun tidak pernah mengeraskan suaranya, tetapi kata-katanya begitu kuat.
Karena itulah, Rumi pernah berpesan, “Naikkan kualitas kata-katamu, jangan keraskan suaramu. Karena hujanlah yang menumbuhkan bunga, bukan petir.”
Kerendahan hati juga membuat Anda lebih tenang. Ketika Anda berpidato pun, Anda akan sangat dikenang. Serorang pemimpin yang beralih dari kepala ke hati memperoleh kerendahan hati, ketenangan, kewibawaan, dan kesadaran. Keempatnya merupakan pilar kagungan.
Ketika belum matang, Anda menciptakan riak. Setelah matang, Anda menjadi danau—sunyi, tenang dan damai. Memang Anda butuh waktu untuk mencapainya, yakni selalu berupaya untuk mematangkan diri sendiri.
Caranya dengan menjaga pikiran, perasaan, dan sikap. Mencoba untuk berjiwa besar menerima kepahitan dan kegagalan hidup.
Kerendahan hati juga bisa berarti tidak membahayakan orang lain dan juga bertindak dengan tulus. Anda bisa saja tetap di balik layar, tetapi bisa melihat segala kemungkinan yang ada di depan. Anda menyelesaikan tugas Anda sendiri, dengan begitu orang-orang yang Anda pimpin merasa senang dan tenang.
Anda bisa mempersilakan tim kerja untuk “mencuri” gagasan yang Anda miliki dan mereka bisa leluasa untuk mewujudkannya. Anda memberikan gagasan itu dengan suka rela, sehingga mereka tidak akan merasa bersalah.
Jika Anda ingin memahami tim kerja Anda, dekatilah mereka dengan hati. Jangan melihat tampilan luar mereka, sebab seringkali tampilan itu sangat menipu. Jangan terpesona pada pandangan pertama, karena bisa jadi itu hanya pencitraan saja. Juga jangan meremehkan orang dengan pakaian sederhana, sebab siapa tahu dia yang dapat Anda andalkan.
Salah satu yang mengkhawatirkan akhir-akhir ini, ialah para pemimpin yang suka selebritas untuk posisi dewan direksi dan CEO perusahaan. Yakni dipilihnya para pemimpin yang dinilai dari data-data angka (kuantitatif), tetapi sering mengabaikan perihal kualitas kualitatifnya. Anda sebaiknya memerhatikan dua aspek tersebut: kuantitas prestasi dan kualitas diri.