Buku

Leading From The Heart

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Hati
By Moid Siddiqui
<
>
5 dari 8

Para pemimpin besar tidak hanya rendah hati, tetapi juga sangat menghargai martabat manusia. Sebab, kepemimpinan berarti melayani, bukan menguasai.

Para pemimpin adalah pelayan, bukan bos. Anda pemberi, bukan penerima. Maka, kedermawanan menjadi syarat mutlak bagi kelanggengan kepemimpinan.

Ada pepatah Sanskerta; “Orang yang membiarkan harinya berlalu tanpa bederma dan menikmati kesenangan hidup seperti ububan pandai besi yang bernapas, tetapi tidak hidup.” Yakni, hidup mementingkan diri sendiri sama saja kematian. Sebaliknya, hidup dengan bermurah hati sama dengan kelanggengan kehidupan.

Ada contohnya. Di India ada nama pemimpin Mohandas Karamchand Gandhi. Dia pemberi, bukan penerima. Dia memberikan kehidupannya dan memberi siapa pun kebebasan, tetapi tidak pernah mengincar kekuasaan dan jabatan. Sayangnya, tidak sedikit orang yang salah memahaminya secara dangkal.

Percaya atau tidak, memberi berarti menerima. Menguntungkan kedua pihak, pemberi dan penerima.

Penerima diuntungkan oleh pemberian dari si pemberi dan pemberi mendapatkan keuntungan oleh kebaikan dari menjadi pemberi. Terkadang, pemberi dapat menerima balasannya langsung saat itu juga, tetapi bisa juga balasannya di tahun depan.

Apa pun yang Anda berikan: waktu, uang, lembaga amal, tenaga, dan doa akan memberikan akibat yang baik. Akibat yang baik itu yang akan kekal abadi meskipun Anda telah tiada. Kalaupun Anda ingin mengambil dari orang-orang yang Anda pimpin, ambillah kesedihan mereka, air mata mereka, dan pulihkan luka-luka mereka.

Memang orang awam akan kesulitan memahami kearifan tersebut. Karena Anda harus yakin, orang yang menolong orang lain yang membutuhkan, dia tidak akan miskin.

Yakinlah, dari sekian banyak kebaikan yang bisa Anda lakukan, Tuhan mencintai orang yang memenuhi kebutuhan manusia lainnya.

Maka, berilah dengan cinta, bukan dengan pamrih. Lalu, percayalah bila energi memberi tanpa pamrih akan memberikan timbal balik yang lebih besar lagi. Mari belajar dari alam, seperti matahari yang selalu ikhlas dan tidak pernah berkata, “Aku telah memberi kalian sinar terbaik dan aku menerangimu. Kalian berutang kepadaku.”

Setelah Anda memberi, segeralah memalingkan wajah, agar Anda tidak melihat wajah si penerima yang merasa malu. Berilah dari apa yang Anda miliki dan bahkan dari apa yang Anda cintai. Kini saatnya Anda menjadi pemimpin yang bahagia, yakni pemimpin yang memiliki kemurahan hati dan dicintai orang-orang yang Anda pimpin.

“Saat tangan pemberi menyentuh tangan penerima, dia menyentuh hati Tuhan.”

Kahlil Gibran

<
>
5 dari 8
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Buku
Adam Grant
Pendekatan Revolusioner untuk Meraih Kesuksesan
Buku
Richard Calson
Cara Mudah Mencegah Masalah Kecil Mengganggu Hidup Kita
Buku
Jamal Ma’ruf Asmani
Konsep, Manajemen, & Quality Control
Buku
Gidion Hindarto & Ranita Ningrum
9 Senjata Ampuh Buat Kamu Menentukan Tujuan Hidup
Buku
Martin Amor & Alex Pellew
Temukan, Wujudkan Passion,dan Ubah Hidupmu
Buku
Erin Niimi Longhurst
Seni dalam Budaya Jepang untuk Hidup Lebih Sehat, Bahagia, dan Bijaksana