Buku

Leader as a Coach

Prinsip Dasar Kepemimpinan Efektif di Era Disruptif
By Rudy Efendy
<
>
5 dari 7

Untuk menjadi seorang pemimpin sekaligus coach yang baik, ada sebelas kompetensi dasar yang harus Anda miliki sesuai dengan ketetapan dari International Coach Federation (ICF). Sebelas kompetensi ini dibagi dalam empat kelompok besar.

Kelompok kompetensi yang pertama adalah setting foundation. Kompetensi ini mengisyaratkan seorang coach untuk melakukan coaching berdasarkan etika, cara kerja, dan standar profesional yang baik.

Selain itu, sebagai coach, Anda juga harus membangun kedekatan (rapport) dengan coachee, meminta persetujuan (permission), menjelaskan harapan masing-masing (expectation) dan menetapkan aturan (rules) yang berkaitan dengan proses coaching sebelum coaching dimulai.

Kelompok kompetensi yang kedua adalah co-creating the relationship. Sebagai coach, Anda harus mampu membangun kerja sama yang baik dengan coachee Anda.

Sebagai seorang pemimpin sekaligus coach, Anda tidak boleh menghakimi bawahan atau melabeli mereka dengan persepsi Anda sebelumnya. Anda harus netral dan berpikiran positif terhadap mereka.

Selama program coaching berlangsung, Anda harus meminta coachee untuk hadir secara penuh ( full presence). Caranya adalah dengan menyingkirkan segala gangguan yang ada.

Begitu pun Anda, sebagai coach, Anda juga harus hadir sepenuhnya dan selalu terkoneksi dengan coachee Anda.

Kompetensi berikutnya adalah communicating effectively (berkomunikasi dengan efektif). Ada dua kemampuan utama yang harus Anda kuasai yaitu active listening dan powerful questioning.

Active listening adalah mendengarkan dengan seksama dengan melibatkan semua indra Anda secara penuh termasuk intuisi dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Kemampuan powerful questioning adalah kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik. Seorang coach harus mampu menggunakan teknik yang tepat untuk menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin dari coachee.

Seorang coach juga harus mampu menggunakan teknik lain dengan tujuan tertentu seperti :

  • bottom lining (mempertegas topik/agenda),
  • acknowledging (menyampaikan apa adanya),
  • interrupting (menginterupsi),
  • challenging (menantang),
  • requesting ( meminta melakukan sesuatu),
  • articulating (menyuarakan isi pikiran dengan jelas),
  • reframing (membantu coachee melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda), dan
  • methapor (menggambarkan situasi).

Kompetensi terakhir adalah facilitating, learning, and results. Tugas coach adalah menfasilitasi tujuan dan keinginan coachee.

Proses coaching dilakukan semata-mata untuk kepentingan coachee. Setiap sesi coaching juga merupakan sarana pembelajaran baik bagi coachee maupun coach. Jadi tidak ada sesi coaching yang sia-sia.

Terakhir, ada target tertentu yang harus dicapai oleh coachee dalam proses coaching. Ada tindak lanjut (action plan) yang harus dilakukan oleh coachee setelah proses coaching selesai dilaksanakan.

Jadi, sesi coaching bukanlah sesi curhat belaka. Ada hasil yang didapatkan setelah semua proses dilaksanakan dengan baik.

<
>
5 dari 7
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Buku
Erin Niimi Longhurst
Seni dalam Budaya Jepang untuk Hidup Lebih Sehat, Bahagia, dan Bijaksana
Buku
Doni Koesoema A.
Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter
Buku
Makoto Shichida
Kekuatan Pikiran yang Dapat Mengubah Hidup Manusia
Buku
Leo Babauta
Kunci untuk Menjadi Produktif dalam Meraih Semua Tujuan
Buku
Charles Duhigg
Ubah Hidup dan Tim Anda dari Sibuk Menjadi Produktif
Buku
J.C. Tukiman Taruna
Catatan Kritis Bagi Permasalahan Pendidikan di Indonesia