Terdapat tiga peraturan yang bisa Anda pelajari dalam membaca bahasa tubuh. Aturan mendasar pertama adalah bacalah gerakan tubuh dalam satu kesatuan bukan terpisah.
Salah satu kesalahan paling serius dari pemula dalam membaca bahasa tubuh adalah memaknai satu gerak tunggal secara terpisah dari gerak atau situasi lainnya.
Contohnya menggaruk kepala tidak selalu berarti ragu-ragu, berbohong atau lupa tetapi bisa juga menandakan adanya ketombe. Seperti bahasa lisan, bahasa tubuh memiliki kata, kalimat dan penekanan.
Ketika gerak tubuh muncul dalam “kalimat” maka Anda akan memahami makna yang sepenuhnya.
Seperti kalimat lisan, kelompok bahasa tubuh perlu sedikitnya mengandung tiga kata sebelum dirumuskan dengan akurat. Orang yang “perseptif” adalah orang yang mampu membaca kalimat bahasa tubuh dan mencocokkannya dengan kalimat lisan secara akurat.
Untuk lebih memahaminya, berikut contoh kelompok gerak tubuh “Penilaian Kritis” yang sering digunakan ketika seseorang tidak terkesan dengan apa yang mereka dengar.
Sinyal utamanya adalah gerakan tangan ke wajah, dengan jari telunjuk menunjuk ke bagian atas pipi sementara jari-jari lainnya menutup mulut dan ibu jari menyangga dagu. Contoh “kalimat” bahasa tubuh ini berkata “Aku tidak menyukai apa yang kaukatakan” atau “Aku tidak setuju”.
Selanjutnya aturan kedua adalah carilah ketimpangan dalam bahasa tubuhnya. Riset menunjukkan bahwa sinyal-sinyal nonlisan membawa dampak lima kali lebih besar daripada lisan yang terucap dalam suatu komunikasi.
Ketika bahasa lisan dan nonlisan tidak selaras, orang-orang terutama wanita akan mengandalkan pesan nonlisan dan mengabaikan pesan lisan yang diucapkan.
Contohnya adalah ketika Anda melihat seorang politikus yang berdiri di podium dan bicara dengan percaya diri, tetapi lengannya terlipat rapat di depan dada (defensif) dan dagunya diturunkan (kritik/keras) sambil mengatakan dia sangat menerima dan terbuka pada gagasan anak muda, apakah Anda akan percaya? Kemungkinan tidak, karena adanya ketimpangan di antara bahasa lisan dan bahasa tubuh.
Terakhir, aturan ketiga adalah bacalah gerak tubuh dalam konteksnya. Semua gerak tubuh harus dipertimbangkan dalam konteks kemunculannya, bagaimana situasi dan kondisi ketika seseorang mengeluarkan bahasa tubuhnya.
Misalnya saja, seseorang duduk di terminal bus dengan lengan dan tungkai yang dilipat rapat dan dagu diturunkan tetapi keadaannya saat itu sedang musim dingin. Maka kemungkinan besar orang itu sedang kedinginan bukan sedang bersikap defensif.
Namun jika dia menunjukkan sikap tubuh yang sama ketika Anda menawarkan suatu produk tertentu maka bisa diinterpretasikan bahwa ia menolak tawaran Anda sebelum Anda selesai berbicara.
“Ada banyak perbedaan budaya, tetapi sinyal-sinyal dasar bahasa tubuh selalu sama di mana saja.”
Allan & Barbara Pease