Menulis resensi buku itu gampang, menarik sekaligus mengasyikkan. Gampang karena Anda hanya perlu membaca buku dan mencari inti materinya. Bahkan sangat mudah dimuat di media. Kenapa mudah tayang? Ya, asalkan mengulasnya dengan bagus, tentu saja media akan senang menayangkannya.
Sedangkan hal menariknya, menulis resensi ada reward berupa buku-buku dan honor dari penerbit. Jadi, kalau Anda pengin rutin punya buku baru tanpa mengeluarkan uang, menulislah resensi buku. Contoh, setiap meresensi buku penerbit tertentu dan tayang, Anda akan mendapatkan dua buku sebagai hadiahnya.
Lantas, apa itu resensi buku? Ada orang bilang, resensi itu timbangan buku. Karena timbangan, resensi buku itu ditulis untuk memberikan penilaian atas kualitas suatu buku. Tujuannya, agar pembaca tahu buku-buku berkualitas, serta kelemahannya.
Artinya, resensi buku ditulis dalam rangka menginformasikan adanya buku baru, dengan waktu resensi maksimal 6 bulan sejak buku terbit. Tetapi intinya, resensi harus menjelaskan isi bukunya. Yakni dimulai dari informasi tentang: judulnya, nama penulis, tahun terbit, jumlah halaman/ketebalan, nama penerbit, dan ISBN.
Anda uraikan secara deskriptif apa saja yang dibahas dalam buku itu secara ringkas, padat, dan berisi. Artinya, Anda cukup menuliskan bagian terpenting dari isi buku tersebut. Misalkan, meresensi buku dengan judul “Mendidik Anak dengan Kreatif”, lalu Anda membuat judul resensinya fokus pada “Peran Orangtua dalam Mendidik Anak”.
Jadi, Anda bisa fokus memilih topik yang dibahas di buku tersebut. Selanjutnya, Anda bisa menuliskan keistimewaan isi buku sesuai dengan apa yang dijanjikan penulis melalui judul bukunya. Misal, pada kasus buku tadi, Anda bisa menuliskan bagaimana konsep pendidikan kreatif untuk anak. Anda bisa memberikan penilaian atas materi yang disajikan.
Menulis resensi memang tidak banyak. Cukup 3 halaman, atau ada juga media yang menerima tulisan resensi sampai 4-6 halaman. Isi resensi juga boleh mengulas “ke mana” sebenarnya arah dari materi buku tersebut. Namun, karena resensi buku juga ada unsur “iklan buku”, jadi memang bagian kekurangan buku porsinya sangat sedikit.
Nah, dari situlah secara tidak langsung Anda belajar membaca dengan detail. Anda mendapatkan ilmu baru karena harus mencatat poin-poin penting materinya, kemudian berusaha menuliskan kembali sesuai gaya bahasa Anda, tetapi tetap mengutip beberapa bagian penting isi buku. Dengan begitu, Anda belajar dua hal, membaca dan menulis.