Ternyata, tidak mudah deal dengan investor! Ken merasa tertantang. Beberapa kali gagal melakukan deal dengan investor besar, membuatnya berusaha keras menyiapkan presentasi yang lebih baik lagi dan mengatur strategi lobi yang lebih smart.
Akhirnya, sebuah grup konglomerasi Indonesia mendekat. Mereka sangat serius ingin berinvestasi di Kaskus.
Ken dan tim menyiapkan lagi data-data terbaru dan presentasi yang juga telah diperbarui. Meeting-meeting dilakukan lagi. Hasilnya?
Semua tampak sempurna. Harga sudah cocok, bentuk kerja sama sudah sepakat, hal-hal yang berkaitan dengan strategi bisnis maupun plan perusahaan juga telah disetujui bersama.
Ken dan tim pun sudah mendapatkan partner yang tepat dan siap tinggal landas, terbang lebih tinggi. Tapi, selang beberapa waktu kemudian, grup perusahaan itu mendadak menggagalkan kerja sama.
Mereka dengan sangat simpel mengatakan bahwa kelihatannya kerjasama itu nggak bisa dilaksanakan. Ken dan tim pun lemas.
Ken mencoba analisis kegagalan demi kegagalan untuk meraih deal dengan investor. Barangkali Ken terlampau jual mahal. Barangkali Kaskus dinilai sebagai orang-orang yang “berisiko tinggi” untuk diajak jalan bersama. Atau, memang nilai yang dijual Kaskus terlampau tinggi. Meskipun Kaskus sudah merasa rumusannya sangat tepat.
Waktu terus berlalu, Ken nyaris melupakan perkara investor. Hingga satu kabar gembira itu datang dengan sendirinya. Anak perusahaan Grup Djarum yakni Global Digital Prima (GDP) yang dipimpin oleh Martin Hartono tertarik berpartner dengan Kaskus. Mereka ternyata sangat berminat untuk berinvestasi di Kaskus.
Tapi, mungkin karena Ken dan tim sudah terbiasa gagal menjaring investor besar, kali ini Ken tidak begitu saja langsung gembira. Perasaannya biasa saja.
Permintaan GDP untuk segera meeting dan menggelar presentasi pun disikapinya dengan wajar. Ken mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, tapi tidak diwarnai emosi yang terlalu berlebihan.
Itu terjadi di bulan Desember 2010. Ken dan GDP meeting secara maraton di Jakarta. Tidak ada bayangan apa pun di kepala Ken, kecuali Kaskus harus melewati proses itu sebaik-baiknya.
Martin Hartono adalah sosok yang sangat simpatik, energik dan begitu arif. Kaskus dengan cepat menemukan kecocokan. Ia menaruh respek sangat tinggi kepada tim Kaskus.
Kejutan itu datang awal bulan Januari 2011, Martin Hartono memastikan bahwa GDP jadi berinvestasi di Kaskus. Ya, untuk ukuran anak muda 25 tahun dan belum genap empat tahun menggulirkan bisnis, kabar ini sangat mencengangkan.
Akhirnya Ken dan Andrew ke kantor Djarum di bilangan Slipi, Jalan K.S. Tubun, Jakarta Barat untuk tanda tangan perjanjian.