Buku

Ken & Kaskus

Cerita Sukses di Usia Muda
By Alberthiene Endah
<
>
5 dari 8

Ternyata memang tidak mudah mencari iklan. Tidak mudah mendapatkan kontak perusahaan advertising.

Kalau sudah mendapatkannya, tidak mudah untuk bertemu mereka. Dan, kalau sudah bertemu mereka, benar-benar tidak mudah mendapatkan klien. Ken dan Andrew selama berminggu-minggu tidak pernah berhasil mendapatkan iklan.

Kebanyakan mereka, menanyakan kantor Kaskus di awalnya. Begitu mendengar kata “Gang Buni, Glodok” sontak suara agak malas meluncur. Ya, tempat Kaskus itu dianggap tidak meyakinkan.

Tetapi Ken tetap jalan terus. Berbagai jurus menjemput bola terus dilakukannya. Beberapa kantor agen iklan pun didatanginya.

Meski sudah presentasi berbagai kekuatan Kaskus beserta komunitasnya, tetap saja tidak menarik bagi agen-agen tersebut.

Para klien mereka lebih suka beriklan di program televisi dan majalah-majalah ternama. Mereka tidak yakin dengan media online! Mereka tidak yakin kalau orang Indonesia suka bermain internet.

Klien mereka lebih suka media yang pasti-pasti saja. Ken selalu bertanya-tanya dalam pikirannya, kenapa mereka tidak mau mencobanya dulu? Kenapa mereka terjebak dalam kondisi konvensional dalam beriklan? Kenapa mereka tidak mencari celah baru? Kenapa mereka tidak mau melakukan hal baru yang belum pernah dilakukannya?

Tantangan Kaskus dalam mencari iklan sangatlah berat. Berminggu-minggu Ken dan Andrew keliling ke mana-mana dan hasilnya nihil.

Tetapi Ken tidak putus asa, walau kadang tensinya naik juga. Karena Andrew sempat uring-uringan. Ken memang terlalu mengambil risiko karena berambisi mengembangkan Kaskus. Andrew bersedih karena tidak ada iklan masuk.

Realitas di Jakarta memang berat, padahal ketika di Seattle, Kaskus sudah mendapatkan iklan meskipun tidak banyak.

Ken dan Andrew sempat bersitegang. Tetapi Ken selalu meyakinkan Andrew agar Kaskus tetap bertahan. Bahkan Ken mendorong Kaskus agar trafiknya naik dan itulah yang membuatnya selalu bersemangat.

Lambat laun, undangan dari biro iklan pun berdatangan. Sebuah biro iklan besar pun mulai mengajak meeting. Hingga akhirnya, Kaskus resmi bekerja sama dengan Semut Api pada Agustus 2008.

Andrew menyetujui hal itu. Ken pun fokus pada pengembangan manajemen. Empat pegawai Kaskus pun pindah pindah kantor di Hang Tuah.

Dari kerja sama itulah, Kaskus banyak berbenah. Terutama mengubah tampilan situs yang dianggap masih struktural menjadi lebih menyenangkan, komunikatif, lebih atraktif, segar, agar lebih menarik dipasangi iklan.

Kaskus ditempatkan sebagai mainstream product, has always been a good product, bukan underground product. Kaskus pun ditata ulang!

“Bersiap menghadapi risiko terburuk, dan pikirkan solusinya. Daripada berandai-andai untuk yang serba baik dan nggak siap menghadapi kenyataan sebaliknya.”

Ken Dean Lawadinata

<
>
5 dari 8
Baca di Pimtar App Beli Buku Ini
Buku
Brad Stone
Jeff Bezos dan Era Amazon
Buku
Astrid Savitri
Kita Semua Bisa Jadi Influencer!
Buku
Engelbertus Wendratama
Panduan Membuat Konten Online yang Berkualitas dan Menarik
Buku
Muhammad Awaluddin
UKM Indonesia Winning MEA
Buku
Masaru Emoto
Pesan Rahasia Sang Air untuk Manusia
Video
Salman Khan
Sebuah Pelajaran dari Khan Academy