Era internet memang menciptakan perubahan besar dalam jurnalisme, termasuk dalam mengubah posisi khalayak dalam mempengaruhi berita.
Kini, bukan lagi khalayak menanggapi berita, justru sesungguhnya jurnalis bersandar pada khalayak. Media sosial menjadi sumber berita melimpah bagi jurnalisme.
Kecakapan verifikasi memiliki peran penting dalam hal ini. Jangan sampai konten khalayak yang belum terverifikasi kebenarannya ditampilkan dalam liputan.
Selain verifikasi, persoalan etika juga sangat penting diperhatikan. Kehadiran jurnalisme harus mampu memberikan arah pada khalayak untuk memahami prinsip dan etika jurnalisme.
Prinsip dan etika jurnalisme adalah dua bahasan yang berbeda, meskipun kerap kali digabung untuk keperluan praktis yaitu “kode etik jurnalisme”.
Prinsip adalah konsep dan tujuan mendasar jurnalisme, sedangkan etika adalah kompas moral menghadapi situasi “abu-abu”. Pada dasarnya, jurnalisme memiliki prinsip yang merupakan nilai-nilai universal, yaitu kebenaran, keadilan, kemerdekaan, akuntabilitas, dan kemanusiaan.
Etika jurnalisme merupakan turunan prinsip kemanusiaan yang dibutuhkan saat menghadapi situasi dilema etis. Secara praktis, etika merupakan komitmen melakukan hal yang benar saat kemungkinan melakukan hal yang salah lebih besar.
Secara filosofi, terdapat empat teori klasik etika yang bisa dijadikan panduan, yaitu rule-based thinking, end-based thinking, golden rule, dan aristotle’s golden mean.
Teori tersebut bisa menjadi fondasi jurnalis yang kuat dalam pengambilan keputusan. Anda tidak perlu merasa wajib untuk mengikuti satu teori, sebab Anda dapat memperoleh manfaat dari setiap teori.