Entrepreneurship (kewirausahaan) menurut Howards Stevenson, Profesor pada Harvard Business School, merupakan upaya pencapaian dari suatu peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang saat ini dikontrol. Entrepreneur memiliki tekad dan bersedia mengambil resiko yang diperlukan untuk mencapai tujuan, meski seringkali sulit.
Ekonomi modern didorong oleh ide-ide baru. Ide yang original berasal dari kreativitas dan berakar dari keunikan dalam pengetahuan, informasi dan imajinasi setiap orang. Individu yang berambisi cenderung akan lebih tertarik pada kesempatan dan tantangan perubahan. Mereka akan lebih memilih turbulensi bila itu dapat memberikan jalan menuju pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang lebih baik.
Untuk berpikir seperti entrepreneur, Anda harus berpikir modern. Keinginan (want) melakukan perubahan, mencari (search) peluang dan punya kemauan keras untuk mewujudkannya (pursuit). Tiga langkah tersebut (want, search & pursuit) akan dapat membangun jiwa wirausaha dan cara berpikir entrepreneur.
Menurut George Gurdjieff, founder Institute for the Harmonious Development of Man, sejak kecil kita harus dibekali dan dipupuk dengan kemampuan membuat sesuatu yang baru. Gurdjieff tidak pernah dibiarkan oleh gurunya untuk berlatih membuat sesuatu yang sama dalam waktu panjang. Pada momen ia telah menjadi familiar dan menguasai suatu keahlian dan mulai menyukainya, gurunya akan mengarahkannya untuk melakukan keahlian lainnya.
Apa yang dilakukan oleh guru pembimbing Gurdjieff tersebut bukanlah untuk membuat Gurdjieff mempelajari semua jenis keahlian. Melainkan untuk membangun dalam dirinya suatu kemampuan mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin dihadapi di berbagai hal yang dikerjakan. Setiap entrepreneur juga perlu melakukan hal yang sama, yakni hadapi kenyataan, temukan cara bertahan dan hasilkan uang bahkan di tengah ketidakpastian mengejar tujuan.
Banyak ilmuwan yang juga punya keahlian dalam seni seperti musik, melukis atau menulis. Sebab bagi banyak ilmuwan, menurut sejarawan Hollingsworth, aktivitas seperti seni, melukis, musik dan lainnya, meningkatkan keahlian seseorang dalam pembentukan dan pengenalan pola (pattern). Itulah sebabnya entrepreneur harus dapat melakukan banyak hal: thinkers & doers, artist & scientist, lone decision-makers dan dependable team-builders.
Entrepreneur yang sukses dapat memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap uang. Bill Gates menyebutkan bahwa ia tidak pernah memulai sesuatu dengan tujuan untuk menjadi super kaya. Tapi ia melakukan sesuatu karena meyakini akan manfaatnya yang besar. Uang memang dapat menjadi reward yang luar biasa bagi entrepreneur, tapi itu bukan satu-satunya. Anda harus memikirkan dan memahami value dari apa yang Anda kerjakan.
Banyak orang berpikir bahwa entrepreneur harus dimulai dari usia muda. Beberapa memang menunjukkan hal itu, seperti Mark Zuckerberg (Facebook). Usia muda memang cenderung melihat tanpa batas, dan terbuka terhadap tantangan yang datang. Namun untuk menjadi entrepreneur, bukanlah usia yang perlu Anda pikirkan, tetapi momen dimana keseimbangan antara energi dan kompetensi yang dibutuhkan untuk memulai usaha, akhirnya bertemu.
Seorang Peraih Nobel, Frank Gehry, bertahun-tahun membangun reputasi dari profesinya sebagai arsitektur. Namun di usianya yang ke-69 tahun lah ia diakui memiliki karya dan kemampuan serta energi, yang menjadi terobosan baru dalam dunia arsitektur. Bila Anda ingin memetakan antara produktivitas dan usia untuk berbagai jenis pekerjaan, lakukanlah dengan strategi kurva-U-terbalik.