Evan Williams, Biz Stone, dan Jack Dorsey sedang menjalankan perusahaan bernama Odeo yang saat itu masih bermasalah. Jack mengamati rekannya kewalahan mengkoordinasikan rapat tim untuk membahas kelanjutan Odeo. Ia mendapat inspirasi seandainya saja orang-orang dapat mengetahui aktivitas satu sama lain dalam satu waktu.
Ide ini ditindaklanjuti oleh tim yang terdiri dari 4 orang. Maka lahirlah Twitter di tahun 2006.
Pada tahun yang sama, Evan memutuskan untuk mengembalikan semua uang investor Odeo dan mendirikan perusahaan baru, Obvious Corp., di mana tim Twitter bernaung di dalamnya.
Pada 9 bulan pertama, Twitter dicerca karena keterbatasan 140 karakter untuk menulis. Namun, mereka terus berinovasi dengan menambahkan fitur hashtag dan fitur retweet.
Titik balik pemasaran Twitter terjadi saat mereka mengikuti konferensi musik dan teknologi SXSW. Mereka menampilkan update Twitter pada layar monitor plasma. Strategi ini berhasil membuat para pengunjung mampu saling berkoordinasi satu sama lain selama acara. Twitter pun memenangkan kategori Best New Product.
Tim tersebut lalu keluar dari Obvious Corp. dan mendirikan perusahaan sendiri bernama Twitter, Inc.
Tantangan lain yang dihadapi adalah skema bisnis yang tidak jelas. Namun, Evan bersikukuh tidak mau memasang iklan karena dapat mengganggu kenyamanan pengguna. Tak lama, Twitter meluncurkan tweet yang dipromosikan (sponsored) sebagai sumber pemasukan.
Berbeda dengan para pendiri Twitter, pendiri LinkedIn, Reid Hoffman yakin sudah memiliki strategi bisnis jangka panjang ketika ia memulai konsep bisnis barunya. Konsep LinkedIn adalah mempermudah orang-orang untuk saling menunjukkan profil secara online guna membentuk jaringan profesional.
Tahun 2003 adalah momen di mana Amerika Serikat mulai memasuki masa resesi. Reid yakin persaingan tidak ketat. Dikarenakan situs itu menawarkan suatu ide baru, tak heran bahwa pada akhir bulan pertama diluncurkan, LinkedIn sudah memiliki 4500 pengguna.
Setelah perekonomian di Amerika Serikat membaik, kompetitor bermunculan. Untungnya, LinkedIn sudah menerima dana untuk pengembangan situsnya dari beberapa modal ventura. LinkedIn juga memulai kemitraan dengan saluran berita keuangan, media, dsb.
LinkedIn menjadi salah satu dari sedikit perusahaan yang berkembang dalam resesi Amerika Serikat karena mampu membaca situasi pasar, yakni dengan memanfaatkan antusiasme orang-orang yang pada saat itu sedang mencari pekerjaan.