Tim pendakian ke Gunung Semeru saat itu adalah Aristides, Hok-gie, Herman Onesimus lantang, Abdurrachman (Maman), Anton Wijaya (Wiwiek), Rudy Badill, Idhan Dhanvantari Lubis, dan Freddy Lodewijk Lasut.
Pada awalnya, kegiatan pendakian itu dilakukan atas gagasan Gie yang ingin merayakan ulang tahunnya di Semeru. Namun, pada akhirnya Hok-gie meninggal dunia beberapa jam sebelum ia merayakan ulang tahunnya yang ke-27.
Menurut Herman, Hok-gie dan Idhan tidak tahu jika kawah Jonggring Seloko menyemburkan gas beracun yang tidak terlihat dan tidak berbau. Saat di puncak, posisi Herman saat itu berdiri, dan Hok-gie duduk bersama Idhan, karena itu mereka berdua menghirup gas beracun.
Kemudian, Aristides yang mendengar cerita langsung dari Herman tentang tewasnya Hok-gie dan Idhan, langsung bergegas turun gunung bersama Wiwiek dan menghubungi Letnan Kolonel Broeke Tumengkol melalui warung telepon di Malang Kota.
Selain itu, Aristides juga menghubungi Bebes Lasut (kakak Freddy), dan beberapa anggota pecinta alam di Malang.
Pada tanggal 24 Desember 1967, jenazah Soe Hok-gie dan kawannya Idhan diterbangkan bersama rombongan dengan menggunakan pesawat Hercules TNI Angkatan Udara ke Jakarta.