Dalam suratnya, Hok-gie menceritakan pemikiran dan perasaannya kepada perempuan-perempuan yang dekat dengannya, salah satunya adalah Nurmala Kartini Panjaitan. Surat kepada Kartini ituia tulis tanggal 15 Juli 1969, di Jakarta.
Jika dibaca, isi suratnya lumayan panjang, ada sekitar 13 paragraf. Paragraf pertama, menggambarkan Gie yang tengah iseng menggoda Kartini dengan bahasanya yang spontan dan penuh canda.
Pada paragraf ketiga, Hok Gie menceritakan tentang mahasiswa tingkat 1 jurusan Sastra dan Ekonomi yang berontak kepada senior-seniornya di Walawa, karena mereka dihukum 200 push-up dan scott-jump.
Kemudian di paragraf kelima, ia menceritakan pengalamannya di Bandung saat menonton pementasan drama-drama 3 kota. Menurut Gie dramanya kocak, ia dan teman-temannya dibuat tertawa dengan jalan ceritanya yang lucu dan menarik.
Meskipun demikian, Hok-gie harus menahan tawanya saat menonton drama tersebut, karena dia sedang sariawan.
Sedangkan pada paragraf ke-12, Hok-gie menceritakan perasaannya tentang perempuan yang bernama Maria. Ia menuliskan;
“….Maria dan saya berasal dari dua sistem sosial yang berbeda. Keluarganya adalah keluarga pedagang. Keluarga saya adalah keluarga penulis….”
Dan, di paragraf terakhir ia merasa bahwa sudah lama ia tidak menulis, tapi kemudian dalam satu waktu ia banyak sekali menulis, seperti yang tertulis dalam surat;
“Rasanya seperti ada tanggul yang pecah dalam diri saya. Dan terus keluar menjadi artikel-artikel, berita-berita, dan ulasan-ulasan.”
Demikian surat cinta yang di tulis Hok-gie, ada canda, romantis, tawa, sedih, bahagia, apa adanya, dan penuh pemikiran dengan gaya bahasa Jakarta-nya yang kental, lu gue lu gue.