Soe Hok-gie kerap ikut dalam aksi demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, termasuk aksi yang dibuat oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Lebih dari itu, ia juga ikut merancang aksi, meskipun sebenarnya ia bukan anggota dari berbagai organisasi massa.
Gie bukan anggota KAMI, dan ia juga bukan pejabat teras organisasi yang ada di kampus. Menurut Aristides Katoppo, kawan Gie yang sekaligus wartawan Sinar Harapan, mengungkapkan: “Bagi Hok-gie, mahasiswa tak seharusnya berpolitik praktis.”
Sebagai salah satu tokoh intelektual kampus, Gie suka terlibat dalam berbagai diskusi-diskusi kecil untuk menuangkan gagasan-gagasannya. Selain itu, Gie juga terlibat aktif dalam diskusi besar di kampusnya untuk membahas peliknya politik bangsa saat itu.
Meskipun ia tidak menjadi anggota organisasi massa yang besar, seperti HMI, PMKRI, PMII, maupun KAMI. Gie memiliki akses ke organisasi tersebut, dan bisa berdebat dengan sangat percaya diri dengan mereka di forum yang besar.
Gie juga banyak menyebarkan gagasan serta pemikiran melalui tulisannya yang kritis dan tajam, seperti tulisannya yang dimuat di Sinar Harapan, Kompas, Indonesia Raya, Harian KAMI, dan Mahasiswa Indonesia.
Ia juga mengungkapkan gagasan-gagasannya melalui Radio Ampera dan Radio UI. Bagi Gie: “Perjuangan mahasiswa bukan sekadar menurunkan harga bensin, tapi juga menegakkan keadilan dan kejujuran.”
Menurut Aristides, tulisan Gie bisa mencerminkan zamannya; “Dulu wartawan kebanyakan partisan, sedangkan Gie bisa melihat sejarah dan sangat independen.”
“Saya sadar betapa sulitnya untuk menanamkan kembali rasa hormat manusia-manusia Indonesia yang dibesarkan dalam suasana ‘mass murder’ ini terhadap hidup. Bagi saya, kehidupan adalah sesuatu yang agung dan mulia.”
Soe Hok-gie