Beberapa orang memiliki kepekaan sosial dan jeli mengenali sinyal emosi yang terlihat samar dari orang lain. Kemampuan ini akan membantu Anda dalam bersosialisasi karena Anda menjadi tahu kapan harus menunjukkan kegembiraan, kapan harus menghibur, kapan harus membiarkan orang lain sendiri dan sebagainya. Hal ini dinamakan empati.
Empati dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan.
Pertama empati kognitif, yaitu kemampuan untuk membaca sinyal-sinyal emosional orang lain. Hal ini memungkinkan kita mengambil perspektif orang lain dan memahami kondisi mental mereka. Orang yang memiliki emosi kognitif yang baik dapat mengelola emosi dirinya sendiri bersamaan dengan saat ia mengevaluasi orang lain. Kemampuan ini bisa menjadi suatu proses mental yang bersifat top-down.
Empati kognitif akan meningkat dengan adanya sifat ingin tahu. Kecenderungan untuk belajar dari semua orang akan meningkatkan kemampuan kita memahami orang lain. Empati kognitif ini mulai berkembang antara umur dua hingga lima tahun dan terus tumbuh hingga sepanjang usia remaja.
Tingkatan kedua adalah empati emosional, yaitu saat Anda telah bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, baik berupa kebahagiaan maupun kesedihan. Munculnya perasaan yang sama ini umumnya terjadi dalam pikiran bottom-up yang bekerja secara otomatis. Pikiran bawah sadar Anda memunculkan kondisi emosional yang Anda tangkap dari orang lain di dalam tubuh Anda sendiri.
Bayi dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain karena memang empati emosional mulai berkembang sejak dini. Empati emosional ini bergantung pada otot atensi, dimana Anda dapat meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain dengan cara memperhatikan isyarat wajah, suara dan sinyal emosi lainnya.
Tingkatan ketiga adalah kepedulian empatik, yaitu perasaan peduli terhadap orang lain yang mampu menggerakkan Anda untuk membantu mereka apabila diperlukan. Empati kognitif dan empati emosional tidak selalu berakhir dengan keinginan untuk membantu atau simpati, sedangkan kepedulian empatik bisa menggerakkan Anda lebih jauh lagi.
Kepedulian empatik bekerja dalam dua tahapan, yaitu munculnya perasaan tak nyaman karena kondisi orang lain, dan pikiran untuk mempertimbangkan sebesar apa Anda menghargai kepentingan orang lain.
Dalam proses tersebut, pikiran bottom up Anda menghasilkan kepedulian di dalam otak, sedangkan pikiran top down akan mengevaluasi perlu tidaknya bantuan diberikan. Ada kalanya, fokus Anda terserap pada diri sendiri. Pada saat itulah kepedulian empatik Anda akan turun.
Fokus terhadap konteks sosial membantu Anda memahami petunjuk sosial yang ada dan pada akhirnya memandu cara Anda bersikap. Kemampuan tersebut pada jangka panjang akan membantu Anda untuk bisa mengelola hubungan dengan orang lain.